Penerjemah: Keiyuki
Proofreader: Rusma
Namaku Shen Jianguo. Aku berusia dua puluh enam tahun. Aku menyelesaikan sekolah pascasarjana tahun ini dan sedang dalam proses mencari pekerjaan. Selama beberapa tahun terakhir, aku sering membagikan beberapa materi dan pandangan subjektif mengenai bidang studiku di beranda pribadiku. Tentu saja, tidak ada yang membacanya. Dengan selesainya masa sekolah, aku dihadapkan pada masa-masa sulit dalam mencari pekerjaan. Banyak orang yang lebih tua dariku mengatakan bahwa ini adalah masa yang sangat menantang. Mulai hari ini, aku akan mencatat pengalaman dan pengamatanku selama periode ini di beranda pribadiku, dengan harapan aku dapat memberikan sedikit bantuan dan wawasan kepada siswa yang akan lulus dan menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Bidang studiku adalah Pendidikan Ideologi dan Politik. Prospek kerja di bidang ini tidak sebagus bidang studi yang populer. Sesaat sebelum kelulusan sarjanaku, aku juga mencoba mencari pekerjaan. Aku mengirimkan banyak resume, yang sebagian besar tenggelam seperti batu ke laut. Umumnya, hanya perusahaan besar yang mencari pegawai untuk pekerjaan di Partai dan pemerintahan, tapi pada saat itu, jawaban yang aku terima dari mereka adalah bahwa persyaratan minimum mereka adalah gelar pascasarjana.
Jadi aku memutuskan untuk mengikuti Ujian Masuk Pascasarjana dan bekerja lebih keras untuk memperkaya diriku sendiri, menjadi lebih berprestasi dan memenuhi persyaratan kerja.
Pada paruh pertama kuliah pascasarjanaku, aku mengikuti Ujian Pegawai Negeri Sipil, Ujian Lembaga Publik, Ujian Guru, dan ujian-ujian lainnya. Sayangnya, aku tidak mempersiapkan diri dengan baik. Aku kehilangan terlalu banyak poin dalam Tes Bakat Administrasi. Aku bahkan tidak lulus ujian tertulis. Tes Bakat Administrasi menekankan pada perhitungan numerik, analisis logis yang terperinci, dan penalaran spasial, serta kecepatan mengisi jawaban. Kemampuanku agak kurang di bidang-bidang ini, jadi aku kehilangan kesempatan tahun ini. Sebelum aku mengikuti tes tahun depan, aku harus meninjau aspek-aspek ini untuk mengatasi kelemahanku.
Aku menghabiskan satu bulan berkeliling bursa kerja untuk mencari lowongan pekerjaan dan mengirimkan resume, tapi perusahaan-perusahaan kecil berpikir bahwa gelar pascasarjana terlalu tinggi; mereka membutuhkan lulusan sarjana atau siswa kejuruan yang kokoh dan pekerja keras. Aku mengangkat tangan untuk menunjukkan bahwa aku masih muda, kuat, dan mampu bekerja keras, tapi mereka tetap menolakku, dengan alasan gaji pokok yang terlalu tinggi.
Sedangkan untuk perusahaan besar, mereka kadang-kadang merekrut personel untuk pekerjaan Partai dan pemerintah. Kali ini, aku memenuhi ambang batas minimum. Sayangnya, aku tidak tampil dengan baik selama wawancara. Para pemberi kerja menganggapku tidak cukup dewasa dan dengan sopan menolakku.
Sejujurnya, aku merasa sedikit tersesat. Tujuanku mengikuti ujian masuk pascasarjana adalah untuk memberi diriku lebih banyak pilihan dan kesempatan untuk bekerja, tapi sekarang aku memiliki kualifikasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Benar-benar membuat frustrasi.
Selain itu, setelah lulus, aku harus pindah dari asrama sekolah dalam beberapa hari, yang menambah tekanan.
Aku praktis berada di ujung tanduk. Aku sangat kesal sampai rambutku rontok. Setiap pagi aku menyapu setumpuk rambut pendek yang halus. Ini membuatku sangat khawatir. Banyak siswa yang lebih tua yang aku kenal mulai mengalami kebotakan setelah usia tiga puluh tahun. Tahun ini aku berusia dua puluh enam tahun, tidak terlalu jauh dari usia tiga puluh tahun.
Jika tidak dapat menemukan pekerjaan, aku mungkin harus mengubah foto di beranda pribadiku dari kepala dengan rambut poni lebat menjadi botak.
Untungnya, surga membantu orang yang bertekad. Ketika aku sedang mencari kamar murah untuk disewa, sebuah lembaga pelatihan tempat aku mengirimkan resume sebelumnya menanggapiku.
Ini adalah lembaga pelatihan lengkap, termasuk kelas Ujian Masuk Pascasarjana, kelas sekolah malam untuk ujian mandiri, kelas Ujian Pegawai Negeri Sipil, serta kursus kilat Ujian Masuk Perguruan Tinggi, kelas bahasa Inggris CET-4 dan CET-6, dll. Tempat itu tidak terkenal dan aku bahkan belum pernah mendengar tentang lembaga pelatihan “Midnight Harbor” ini.
Aku teringat pada tengah malam tiga hari yang lalu, ketika aku sedang membuka situs web lowongan kerja, tiba-tiba aku melihat sebuah lowongan pekerjaan yang bertuliskan: “Gaji pokok 5.000, dengan bonus; termasuk tempat tinggal dan transportasi; tidak ada persyaratan untuk bidang studi, jenis kelamin, usia, atau latar belakang pendidikan.” Itu terlihat sangat tidak profesional. Bahkan tidak ada nomor kontak, hanya sebuah alamat surel. Namun, persyaratannya sangat bagus, terutama bagian tentang tempat tinggal yang disertakan, yang sangat dapat mengurangi stresku dalam mencari pekerjaan.
Dengan semangat melemparkan jaring yang luas, aku mengirimkan resumeku, lalu melupakannya. Aku tidak menyangka bahwa pada akhirnya perusahaan inilah yang akan mengulurkan tangan kepadaku.
Aku sangat gembira ketika membaca surel berisi tawaran pekerjaan, tapi setelah kegembiraan awal, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini.
Sebuah lowongan pekerjaan tanpa persyaratan, bahkan tanpa wawancara, hanya dengan melihat resume dan mereka memutuskan untuk mempekerjakanku… Ini terlihat seperti pekerjaan dari skema MLM atau penipu.
Untungnya, balasan itu mencantumkan nomor telepon. Aku bisa menelepon terlebih dahulu untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Aku menekan “94444” dan segera mendapat balasan dari suara perempuan mekanis: “Maaf, perusahaan internasional ini berada di zona waktu yang berbeda, silakan hubungi setelah tengah malam.”
Aku berpikir dengan hati-hati dan menyimpulkan bahwa aku tidak boleh melewatkan kesempatan yang bagus ini. Bagaimana jika itu benar? Jadi, pada tengah malam itu, aku menghubungi nomor tersebut lagi.
Kali ini ada yang menjawab. Seorang wanita. Dia berbicara perlahan, dengan suara yang dingin. “Bzzt… bzzt… Halo… bzzt…”
Sungguh sinyal yang buruk. Sangat statis.
Aku berdeham dan berbicara dengan cara yang paling halus. “Halo, aku adalah Shen Jianguo, yang mengirimkan resume beberapa hari yang lalu. Aku menerima balasan hari ini. Aku sangat berterima kasih karena telah memberiku kesempatan ini, tapi kamu belum mewawancaraiku. Apakah kamu benar-benar yakin akan mempekerjakanku? Kamu bahkan belum pernah melihatku, bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku adalah orang yang kamu butuhkan?”
“Bzzt… Shen Jianguo… bzzt… muda, rapi, tidak buruk di sekolah… bzzt… bagus… bzzt… kami telah menyelidikinya…”
Sinyalnya sangat buruk. “Bagus… bzzt”? Aku kira dia bermaksud mengatakan bahwa aku adalah murid yang baik.
Aku sedikit lega mendengarnya. Jika mereka bisa menyelidikiku seperti ini, itu menunjukkan bahwa mereka adalah perusahaan yang bertanggung jawab. Ini tidak tampak seperti pekerjaan skema MLM atau penipu. Mereka tidak peduli dengan karakter moral; mereka hanya menginginkan orang.
“Aku merasa senang bahwa kamu memiliki pendapat yang tinggi tentangku. Lalu, bisakah kamu memberitahuku ke mana aku harus pergi untuk menerima posisi ini secara resmi? Tidak ada alamat di surel balasan.” Aku melirik ke arah komputer dan menggelengkan kepala. Surel itu sangat jelek.
Warnanya merah tua, dengan beberapa efek khusus yang ditambahkan pada hurufnya untuk memberikan kesan darah mengalir jika kamu melihatnya terlalu lama. Saat membuka halaman tersebut, aku merasa bahwa laptopku akan mengeluarkan darah. Sungguh pemandangan yang tidak menyenangkan.
Aku mencoba menutup halaman itu ketika masih menelepon. Aku mengklik tanda “X” di pojok kanan atas, tapi layar laptop membeku dan halaman tidak menutup.
Aku membeli laptop ini ketika aku baru saja mulai kuliah. Laptop ini menggunakan sistem operasi XP yang sudah usang, dan spesifikasinya buruk. RAM-nya hanya 1GB, dan termasuk dalam 1% komputer yang paling lambat memuat di negara ini. Laptop itu macet setiap hari dan tidak mau mati kecuali aku mencabut baterainya.
Saat ini, aku tidak punya waktu untuk mencabut baterainya, jadi aku menutup laptopnya dan terus berbicara.
“Bzzt… Sekarang… pergi ke Apartemen Pesisir Seberang1彼岸 – bi’an: “pantai seberang” secara harfiah — atau lebih seperti pesisir — seperti, pantai seberang sungai di dunia bawah; kematian… Gedung 4, Unit 4, Apartemen 404… bzzt… bzzt… bip-bip-bip.”
Hah?
Apakah panggilannya terputus? Aku mencoba menelepon lagi dan menerima pemberitahuan: “Nomor yang Anda hubungi berada di luar jangkauan.”
Apakah dia benar-benar berada di luar negeri? Apakah itu yang membuat sinyalnya sangat buruk? Apakah dia baru saja naik pesawat?
Aku memutar otak dan bertanya-tanya apakah aku harus pergi ke alamat yang dia sebutkan.
Saat itu tengah malam. Jika aku pergi ke komunitas itu sekarang, bukankah orang-orang akan mengira bahwa aku adalah seorang pencuri? Tapi jika aku tidak pergi, aku harus pindah dari asrama besok …
Pada akhirnya, kemiskinanlah yang memaksaku melewati semua kesulitan. Aku memutuskan untuk mencari informasi komunitas itu di internet terlebih dahulu.
Ketika aku menyalakan layar laptop, surel berdarah itu masih terbuka. Itu benar-benar pemandangan yang mengerikan. Aku baru akan melepas baterai, tapi tampaknya baterai itu telah mengakar di laptopnya, tidak mau dicabut.
Aku mengetuk laptop secara kasar seperti mengetuk TV kuno, dan baterai itu akhirnya terlepas. Laptop mati dan melakukan boot ulang.
Di internet, memang ada beberapa informasi tentang Apartemen Pesisir Seberang, Gedung 4, Unit 4, Apartemen 404. Beberapa orang di forum lokal mengatakan bahwa tempat itu berhantu. Umumnya, hotel dan gedung apartemen tidak menggunakan nomor 404, karena dianggap sial dan dianggap sebagai nomor yang tabu. Tapi sepertinya ada yang salah dengan otak pengembang ketika bangunan itu dibangun. Dia benar-benar bersikeras memiliki nomor 404, dan akibatnya dia tidak bisa menjualnya. Akhirnya, harganya diturunkan, dan seseorang membelinya; namun kurang dari setengah tahun kemudian, pemilik baru itu mengalami kecelakaan mobil.
Keluarganya memindahkan apartemen itu ke keluarga lain dengan harga murah. Setelah kurang dari seminggu, nyonya rumah menjadi gila.
Untuk membiayai perawatannya, apartemen itu dijual lagi.
Tampaknya, Fengshui-nya benar-benar buruk. Setiap pemilik apartemen ini berakhir dengan menyedihkan. Bahkan pengembangnya pun kemudian ditikam; tampaknya wanita gila dari keluarga kedua yang melakukannya. Tidak jelas siapa yang kemudian mengambil alih apartemen itu. Ada pemberitahuan sepanjang tahun bahwa apartemen itu tersedia untuk disewa atau dibeli, tapi tidak ada yang memperhatikan.
Aku adalah seorang materialis yang gigih dan pernah belajar politik. Tentu saja aku tidak percaya pada omong kosong seperti itu. Tapi aku juga bisa mengerti mengapa bos baruku menyewa apartemen ini.
Sederhana: harganya murah.
Kali ini aku tidak lagi ragu dengan tempat tinggal yang disertakan. Aku langsung berkemas dan pergi ke Apartemen Pesisir Seberang. Meskipun saat itu tengah malam, bagaimana jika memang ada orang yang ingin bertemu denganku?
Aku baru saja keluar dari gedung asrama ketika ponselku berdering.
Itu adalah nomor “94444”. Dia pasti telah menemukan sinyal lagi. Aku mengangkatnya dan mendengar orang di telepon berkata, “Bzzt… Tidak perlu… berjalan kaki… bzzt… ada bus sekolah… bzzt…”
“Sebuah bus sekolah? Itu bagus!” Aku berkata dengan penuh semangat. “Pantas saja di lowongan kerja itu disebutkan tentang transportasi. Aku hanya khawatir tidak akan ada bus selarut ini!”
Tentu saja tidak mungkin bagi mahasiswa miskin sepertiku untuk memanggil taksi. Aku berencana untuk naik sepeda bersama.
“Baiklah, kamu… tunggu di… gerbang sekolah… bzzt… bzzt… angka terakhir 444… bip-bip-bip.”
Sinyal terputus lagi sebelum aku sempat bertanya kepada wanita itu bagaimana aku harus memanggilnya. Dia benar-benar seorang wanita yang baik hati dan penuh perhatian, menyiapkan bus sekolah untuk siswa sepertiku.
Aku berdiri di gerbang sekolah dan menunggu. Hari itu sangat berkabut, dan jarak pandang sangat rendah. Aku sedikit khawatir dengan keselamatan pengemudi bus. Saat itu sudah larut malam, dan dia harus bersusah payah menjemputku.
Kurang dari lima menit kemudian, dua titik cahaya pucat yang mengerikan muncul dari tengah kabut. Sebuah bus merah perlahan-lahan berhenti di depanku. Angka terakhir dari pelat nomornya adalah “444” dan huruf atau angka di depannya terhalang oleh kabut.
Pintunya terbuka perlahan. Aku masuk ke dalam bus dan melihat tidak ada penumpang. Pengemudinya mengenakan topi hitam, jadi aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya dalam kegelapan. Apakah rabun jauhku bertambah parah lagi?
Melihat begitu banyak kursi kosong, aku memilih yang terdekat dan duduk. Sopir tiba-tiba berkata, “Kamu tidak boleh duduk di sana.”
Aku menatapnya dengan tidak percaya.
“Kursinya baru saja dicat. Heh. Heh. Heh,” kata sopir itu perlahan.
Aku melihat ke arah kursi. Benar, cat merah di kursi itu masih lengket, jadi aku pasti tidak bisa duduk di sana.
Aku tidak punya pilihan selain berpegangan pada pegangan tangan dan berdiri selama perjalanan menuju Apartemen Pesisir Seberang.