Penerjemah: Rusma
Proofreader: Keiyuki


Tiga jam kemudian, pesawat jet itu mendarat di bandara di mana sebuah mobil sudah menunggu mereka. Ketika mereka turun dari pesawat, demam Lu Shang sudah sedikit menurun, tapi dia tidak sadarkan diri, dia tampak seperti tertidur lelap. Salah satu perawat pria hendak menggendongnya, tapi Li Sui menghentikannya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menggendong Lu Shang yang masih terbungkus selimut keluar dari pesawat.

Li Sui mengunjungi pusat kebugaran sepanjang tahun, jadi lengannya kuat, dan sejujurnya dia tidak merasa kesulitan menggendong Lu Shang. Begitu mereka turun dari pesawat, mereka disambut dengan hembusan angin panas. Li Sui membalikkan tubuhnya ke samping, menggunakan punggungnya untuk melindungi Lu Shang dari angin, dan mendorongnya lebih dekat ke dadanya sendiri untuk perlindungan. Li Sui baru melepaskannya setelah mereka masuk ke dalam mobil.

Akomodasi yang diatur oleh Paman Yuen adalah di lantai paling atas sebuah hotel yang berlokasi dekat dengan rumah sakit; tenang dan terpencil. Li Sui tidak mengantuk, dia menjaga tempat tidur Lu Shang saat para perawat memberikan Lu Shang oksigen murni dalam jumlah yang cukup untuk dihirup, kemudian memberinya beberapa suntikan. Saat itu sudah larut malam ketika para perawat meninggalkan kamar mereka, meninggalkan beberapa obat di atas meja. Setelah semua itu, waktu sudah menunjukkan paruh kedua malam.

Li Sui menyeka tubuh Lu Shang dengan sabun, lalu dia mandi. Dia menyelinap ke dalam selimut di samping Lu Shang setelah mandi, melihat orang di sampingnya benar-benar sama sekali tidak terjaga, dia mengumpulkan keberaniannya dan memeluk pinggang Lu Shang. Setelah sekian lama, dia benar-benar terbiasa tidur dengan Lu Shang. Meskipun mereka menggunakan sampo yang sama, Li Sui selalu bisa mencium aroma yang berbeda dari Lu Shang. Aroma yang berbeda dan membuat Li Sui merasa nyaman setiap kali menciumnya.

Malam itu, Li Sui bermimpi. Dia bermimpi berada di sebuah ruang konferensi. Lu Shang berdiri tegak di depan sebuah ruangan yang penuh dengan para elit, dia sedang memberikan pidato, dan para hadirin menatapnya dengan penuh antisipasi. Namun, dia tiba-tiba berhenti, menoleh ke arah Li Sui, dia tersenyum. Sebelum Li Sui dapat bereaksi, tubuh Lu Shang bergetar dan dia jatuh ke lantai. Semuanya menjadi kacau seketika, seseorang memanggil ambulans, beberapa orang tertawa dan Li Sui berdiri diam karena terkejut. Li Sui ingin menghampiri Lu Shang, tapi seakan-akan dia membeku, dia tidak bisa bergerak sedikitpun. Dia mendengar seseorang mengatakan bahwa Lu Shang sudah meninggal, dia mendengar jeritan, dia mendengar tawa… Apa yang terungkap seperti gambar di zoetrope, mereka semua melewatinya dengan begitu cepat. Mata Li Sui dipenuhi air mata, dia ingin memanggil Lu Shang, tapi entah kenapa dia tidak bisa mengeluarkan satu suku kata pun.

Li Sui terbangun dari mimpinya dengan perasaan tidak tenang, air mata meluap dari sudut matanya. Hari sudah pagi, Li Sui terbangun sendirian di tempat tidur. Hati Li Sui bergetar, dia bergegas turun dari tempat tidur dan berlari keluar kamar tanpa alas kaki. Dia terburu-buru, hampir menabrak cermin di sudut saat berlari.

Lu Shang duduk di sofa dengan segelas air di tangan, di sampingnya ada tempat sampah. Raut wajahnya juga tidak bagus, sepertinya dia juga baru saja bangun tidur.

“Ada apa?” Terkejut, Lu Shang menatap Li Sui.

Saat itulah Li Sui menyadari betapa tidak pantasnya dia bertindak. Dia berdehem dengan batuk beberapa kali dan menyeka air mata yang masih ada di wajahnya, sambil menggelengkan kepalanya, dia berkata, “Tidak ada apa-apa.”

Lu Shang tidak mengatakan apa-apa lagi, dia hanya menatap segelas air dengan tatapan kosong. Li Sui tidak bisa memaksa dirinya untuk melihat Lu Shang. Mimpi itu terlalu nyata, begitu nyata sehingga hampir seperti firasat. Li Sui sangat takut sehingga dia merasakan hatinya terpelintir, sensasi kehilangan orang yang dicintai terlalu nyata, Li Sui tidak pernah ingin mengalaminya lagi.

Li Sui berjalan ke arah Lu Shang dengan langkah ringan, dia berhenti di belakang sofa, membungkuk, dia perlahan-lahan membawa Lu Shang ke dalam pelukan. Dia tahu Lu Shang tidak akan menolaknya.

“Mengalami mimpi buruk?” Lu Shang menepuk kepalanya pelan.

“Hm. Aku bermimpi… kamu pergi.” Li Sui bergumam, dia ingin Lu Shang menghiburnya, mengatakan kepadanya bahwa semuanya akan baik-baik saja dan mimpi itu menunjukkan hal yang sebaliknya. Li Sui ingat bahwa setiap kali dia mengalami mimpi buruk, Lu Shang akan menghiburnya dengan mengatakan hal itu. Namun, Lu Shang tidak mengatakan itu hari ini.

Li Sui mengangkat kepalanya dari bahu Lu Shang, memaksa dirinya untuk mundur dari emosi negatif yang dia rasakan. Dia melihat segelas air yang dipegang Lu Shang, “Apakah sudah dingin? Aku bisa mengambilkan segelas air hangat untukmu.”

Lu Shang menggelengkan kepalanya, setelah beberapa saat dia berkata tanpa daya, “Obatnya terlalu pahit.”

Lu Shang yang mahakuasa takut akan kepahitan, untuk beberapa alasan, Li Sui merasa itu sedikit lucu. Tapi dia tidak tertawa, melihat isinya di tempat sampah, wajah Li Sui menegang. Dia tiba-tiba teringat sebuah cerita yang diceritakan Leung ZiRui kepadanya, dia berkata ketika Lu Shang masih muda, dia membenci rasa pahit dan menolak untuk minum obat, sehingga para dokter harus menahannya dan memaksa memasukkan pil ke dalam mulutnya. Pengalaman itu membuatnya secara psikologis menolak obat pahit.

“Apakah ini terlalu pahit? Aku bisa meminta obat dengan lapisan gula kepada perawat.”

Lu Shang menolak, “Jenis ini lebih efektif.”

Melihat bagian putih mata Lu Shang yang memerah, Li Sui merasakan hatinya terpelintir lagi. Sementara Li Sui menatapnya dengan tatapan kosong, Lu Shang mencoba menelan obat itu lagi. Tapi setiap kali pil itu mencapai kerongkongannya, pil itu keluar lagi. Lu Shang terbatuk-batuk hingga pil itu jatuh ke lantai.

Li Sui segera memberikan handuk kepada Lu Shang, sambil menepuk-nepuk punggungnya dia bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja?”

Lu Shang mengambil handuk dan membenamkan wajahnya ke dalam kain, dia menunjuk sebuah kotak obat kecil dan berkata dengan suara serak, “Bantu aku mengambil secangkir air lagi.”

Li Sui tidak tahan lagi, dia bertanya, “Jika minum obat begitu menyakitkan, mengapa kamu meminumnya?”

Lu Shang membersihkan wajahnya sendiri, dan tertawa kecil, “Aku akan mati jika tidak meminumnya.”

Melihat ekspresi ragu-ragu Li Sui, Lu Shang mendorong lengannya sedikit, bergegas mengambilkan air. Li Sui melakukan apa yang diperintahkan, membawakan Lu Shang segelas air hangat dan menatap Lu Shang sambil mengepalkan tangannya. Setelah mencoba tiga kali, Lu Shang akhirnya menelan semua obatnya. Li Sui bahkan tidak bisa mengungkapkan perasaannya saat dia membersihkan lantai.

Dengan kondisi kesehatan Lu Shang saat ini, tidak mungkin baginya untuk memeriksa lokasi konstruksi. Paman Yuen juga mengharapkan hal yang sama, jadi dia sudah menyiapkan model situs dan beberapa rekaman video. Lu Shang memeriksa semuanya di hotel dan membuat keputusan kasar untuk pembangunannya.

Rencana awal untuk sebidang tanah ini adalah sebuah perumahan, yang akan disebut Golden Sands Shore. Proposal tersebut dibatalkan kemudian, tapi namanya tetap dipertahankan. Penanggung jawab proyek tersebut bernama Liu XingMing. Dia memiliki tinggi badan rata-rata, berkulit gelap dan bermata hitam, ujung hidungnya cukup lebar, dia terlihat seperti orang Thailand. Dia cukup cakap dan juga melakukan pekerjaannya dengan teliti. Model yang baru saja dilihat Lu Shang juga berasal dari timnya, detail modelnya dibuat dengan baik, dan cukup menyenangkan untuk dilihat.

Pada malam harinya, Lu Shang mengundang Liu XingMing ke hotelnya. Mereka mengadakan pesta besar di sebuah ruangan pribadi saat mereka berbincang-bincang tentang rencana mereka untuk lokasi konstruksi sambil makan malam. Lu Shang sangat mengagumi pria paruh baya yang ada di hadapannya. Lu Shang teringat Liu XingMing saat masa remajanya bekerja di perusahaan bersama ayahnya. Liu XingMing masih seorang pekerja kasar saat itu. Liu XingMing berjuang dengan kemampuannya sendiri untuk mendapatkan posisinya sekarang. Jika dibandingkan dengan mereka yang disebut sebagai anak nakal yang duduk di kantor tanpa melakukan apa-apa sepanjang hari, Liu XingMing benar-benar jauh lebih kuat. Untungnya proyek tersebut berada di tangan Liu XingMing selama ini. Departemen pemerintah terkait telah mencoba berkali-kali untuk mendapatkan tanah itu kembali, namun Liu XingMing-lah yang menghalangi mereka. Dia juga yang menyarankan untuk memulai kembali pembangunan ketika Lu Shang mendapatkan enam persen saham tambahan.

“Aku tidak mendukung penggunaan lahan untuk pembangunan perumahan. Pasar real estat tidak bagus dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, lahan tersebut berada di dekat pantai, sehingga ketinggian bangunan akan terbatas. Aku melakukan riset dan wisatawan cenderung suka mengunjungi pulau-pulau tropis, jadi membangun taman air akan lebih baik.” Kata Liu XingMing.

Lu Shang juga memiliki ide yang sama. Dia bersandar di kursi dan setelah mempertimbangkan, dia bertanya, “Jadi masalahnya sekarang adalah proses desain. Apakah laporan investigasi dari departemen pemasaran sudah selesai?”

“Sudah selesai, aku akan meminta seseorang untuk membawanya kepadamu malam ini.”

“Tidak perlu terburu-buru. Kamu bisa memberikannya padaku besok, sebelum sore.” Selama Lu Shang muncul, tidak perlu terburu-buru. Berita itu akan segera sampai ke telinga orang-orang tertentu, jadi dia punya cukup waktu untuk menangani proyek ini.

Keduanya adalah pecandu kerja, begitu mereka mulai berbicara, mereka lupa makan sama sekali. Hampir semua makanan di meja makan masuk ke perut Li Sui, dia belum pernah makan masakan Hai Nan sebelumnya, dia makan lebih dari setengah Ayam WengChang. Lu Shang tidak memiliki nafsu makan, ditambah lagi dia tidak bisa makan makanan. Sementara Liu XingMing terlalu bersemangat dengan pekerjaannya sehingga tidak peduli dengan makanan.

Setelah makan, Li Sui masih terlihat seperti bisa makan lebih banyak, pemandangan itu membuat Lu Shang tertawa kecil. Lu Shang meminta sopirnya untuk membawa Li Sui ke laut, lalu ke pasar malam. Mungkin mereka bisa membeli semangkuk sup Ching Bo Leung1Ada banyak variasi sup, namun jenis yang paling umum adalah jenis yang manis yang biasanya dianggap sebagai makanan penutup. Ini adalah jenis sup yang tidak mengandung daging. Sebagai catatan tambahan, rasanya sangat lezat. Penerjemah Inggris pernah meminumnya di wihara setiap tahun pada hari ulang tahun Buddha. untuk mengisi perutnya.

“Kamu tidak pergi?” Li Sui tahu Lu Shang mungkin lelah, Lu Shang masih sakit, dan dia tahu Lu Shang hanya bisa duduk dan memaksakan diri untuk menghabiskan makan malamnya. Namun, entah mengapa dia masih memiliki secercah harapan, berharap Lu Shang akan ikut dengannya.

Namun, Lu Shang tidak memberinya kesempatan itu, dia menggelengkan kepalanya dan berbalik kembali ke hotel. Sebelum kekecewaan muncul di wajah Li Sui, Lu Shang berbalik lagi, “Jika ada barang yang kamu inginkan, belilah. Kamu tidak perlu mempertimbangkan harganya.”

Aku menginginkanmu. Li Sui menjawab dalam hatinya, dia menghakimi dirinya sendiri karena memikirkan hal itu, dan dengan cepat menampar dirinya sendiri dalam pikirannya.

Kehidupan malam di Hai Nan cukup ramai, banyak orang berkeliaran di jalanan bahkan pada jam-jam seperti ini. Jalanan dipenuhi oleh orang-orang yang berjudi dan menjual sup kacang hijau, saat itu jam sepuluh malam, tapi jalanan lebih ramai daripada siang hari. Lu Shang tidak ada di sini, jadi Li Sui tidak begitu tertarik. Dia bersandar di jendela kendaraan, menatap pemandangan malam dalam diam. Lu Shang-lah yang menyarankan hal ini, jadi dia akan tetap melakukannya, seolah-olah ini adalah misi yang penting.

Xiao Zhao mengemudikan mobil, Li Sui melihat beberapa kendaraan yang tidak asing di kaca spion. Dia bertanya dengan curiga, “Apakah mobil-mobil itu mengikuti kita?”

Xiao Zhao melirik ke arah cermin dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Mereka mengikuti kita sejak awal, dan mereka diatur oleh Lu Lao Ban.”

Li Sui bertanya, “Diatur untuk melakukan apa?”

“Untuk memastikan keselamatanmu, kurasa. Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa mereka mengikutimu setiap kali kamu pergi keluar?” Xiao Zhao tertawa.

Li Sui tidak menyadarinya sama sekali, dia peka terhadap tatapan mata, tapi itu terbatas pada manusia, tidak termasuk mobil. Sekarang setelah Li Sui melihat mobil-mobil itu dengan lebih baik, dia memiliki ingatan yang samar-samar tentang melihat mobil-mobil ini sebelumnya.

“Apakah kamu memiliki sesuatu yang ingin kamu beli? Haruskah kita pergi ke pasar?” Xiao Zhao bertanya.

“Lupakan saja, aku tidak suka keramaian.” Kata Li Sui. Dalam hal ini, dia sama seperti Lu Shang. Namun, Li Sui menghindari keramaian karena dia merasa sulit untuk mengatasi rasa takut bersosialisasi dengan orang lain, sementara Lu Shang hanya menyukai kedamaian dan ketenangan.

“Sayang sekali, Lu Lao Ban memberiku sebuah kartu saat aku pergi.” Xiao Zhao melambaikan tangan pada Li Sui, “Lihat, ada banyak toko di sini. Mereka menjual banyak barang dagangan langka.”

Ketertarikan Li Sui tidak tertuju pada kios-kios yang terang, sebaliknya ia menangkap sebuah mercusuar dengan sudut matanya, matanya yang muram seketika berbinar, “Apakah ada laut di dekat sini?”

“Ya, jika kita belok kiri ke depan dan berkendara sekitar dua puluh menit, kita akan sampai di laut.”

“Aku ingin pergi ke pantai.”

“Baiklah!”

Hari sudah gelap, jadi pantai itu pada dasarnya kosong. Mereka hanya melihat seorang wanita tua yang sedang memungut botol plastik. Li Sui belum pernah ke pantai sebelumnya, wajahnya yang biasanya tegang mencair dengan cepat, memperlihatkan ekspresi kekanak-kanakan. Li Sui melepas sepatu dan kaus kakinya, melompat dan berlari di atas pasir yang lembut.

Angin di sini terasa panas bahkan di malam hari, rasanya seperti ada yang menggelitiknya saat angin berhembus di wajahnya. Li Sui bermain di air untuk sementara waktu, lalu dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada Lu Shang.

Setelah Li Sui pergi, Lu Shang menelepon Leung ZiRui sambil berdiri di depan jendela.

“Ada apa?” Lu Shang mendapat SMS dari Leung ZiRui pada sore hari, mengatakan bahwa dia memiliki hal-hal penting untuk dibicarakan, dan dia menekankan untuk tidak memberi tahu Li Sui.

“Tentang operasimu, akhirnya ada kemajuan.” Leung ZiRui melanjutkan, “Apakah kamu ingat mantan profesorku yang sangat pintar itu?”

“Leon, bukan?”

“Ya, dia. Kemarin, seorang juniorku mengatakan kepadaku bahwa dia melihat Leon di Kuba. Aku akan pergi memeriksanya.”

Ketika berbicara tentang orang ini, Lu Shang memiliki kesan yang cukup baik, dia benar-benar seorang dokter yang terkenal.

“Lu Shang, pamanku mengoperasimu lagi, bukan? Tapi mungkin kamu bisa mengesampingkan masalah dengan Li Sui untuk saat ini, transplantasi jantung bukanlah satu-satunya cara. Jika aku bisa menghubungi Dokter Leon, maka aku yakin akan ada pilihan yang lebih baik.”

Lu Shang duduk di sofa, entah kenapa dia merasa lega, “Itu yang terbaik.”

“Tapi dengan kondisimu sekarang, beberapa tahun ke depan pasti tidak akan mudah.”

Lu Shang menunduk, mata hitam Li Sui melintas di benaknya, dia menjawab dengan suara pelan, “Aku tahu, aku akan baik-baik saja.”

Lu Shang menutup telepon, awan hitam menjelajahi langit. Saat itu akan turun hujan. Lu Shang duduk di tempat tidur dengan linglung, yang terganggu oleh dering ponselnya, Li Sui telah mengirim pesan kepadanya.

[Aku melihat laut, sangat indah. Tapi aku tidak bisa membelinya, jadi aku tidak bisa membawanya pulang].

Bayangan jelas Li Sui yang mengatakan hal ini muncul di benak Lu Shang. Mulutnya membentuk sedikit lengkungan saat dia mengetik kembali, [Sebentar lagi akan hujan, cepatlah pulang.]

Li Sui mendongak ke langit. Seperti yang diduga, langit yang gelap gulita tertutup awan tebal, angin di sekelilingnya juga mulai bertiup kencang. Li Sui memastikan untuk menjawab [Baiklah.] dan kembali ke mobil.

Xiao Zhao sedang menunggunya; ia berencana untuk menjemput Li Sui jika dia tidak kembali. Berada di dekat laut saat hujan badai bukanlah hal yang main-main, jika ombak datang menerjang ke pantai, mereka mungkin tidak akan menemukan mayatnya.

Mesin mobil dinyalakan, Xiao Zhao baru bisa tenang setelah berkendara jauh dari pantai. Kaki Li Sui dipenuhi pasir, tapi dia tidak mempermasalahkannya. Dia memegang sebuah kerang di tangannya, dia melihatnya dari setiap sudut, itu adalah sesuatu yang baru saja dia gali dari pasir pantai.

“Apakah itu hadiah untuk Lu Lao Ban?” Xiao Zhao tertawa.

Li Sui hanya menjawab “Hm”, bahkan tidak mengangkat kepalanya.


Catatan Penerjemah:

Penerjemah Inggris: Bagi mereka yang mengerti apa yang dikatakan Leung ZiRui, coba baca lagi kalimat terakhir dari ringkasan ini. Bacalah secara harfiah mungkin.

Rusma: Maksudnya dari awal Lu Shang pungut Li Sui itu buat ambil jantungnya wkwkwk.


KONTRIBUTOR

Rusma

Meowzai

Keiyuki17

tunamayoo

Leave a Reply