Penerjemah : Keiyuki17
Editor : _yunda
Di belakang pintu ada halaman, dan ditempat itu tampaknya adalah rumah dari beberapa keluarga. Di taman itu, ada kolam bunga teratai dengan bunga osmanthus fragrans yang mengambang di tepi kolam. Bahkan dengan suara gemericik hujan dimana-mana, kediaman ini masih memiliki suasana yang elegan dari keluarga yang terpelajar. Hong Jun menyeret jenderal itu saat dia memasuki koridor yang berliku. Melihat ke kiri dan ke kanan, dia membatin dalam hatinya, “Wow, tempat ini sungguh indah!”
Rumah ini memiliki 2 lantai, dan dari lantai atas terdengar suara seorang wanita muda. Setelah semalaman mengejar ikan ao itu, Hong Jun sangat kelelahan sampai dia merasa hampir mati. Setelah menghadapi banyak masalah yang merepotkan, dia ingin sekali beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya. Dia segera menjatuhkan pantatnya (duduk) dan bersandar pada pilar sambil terengah-engah.
Pada saat yang sama, seorang gadis berjalan melewati koridor dan melewati Hong Jun. Dia memakai ruqun1 berwarna kuning pucat dan mengusap batang bunga osmanthus.
Semua yang dia lihat hanyalah Hong Jun yang duduk lemah di lantai dengan napas terengah-engah, seorang laki-laki yang berbaring di sampingnya, dan sebagian kepala ikan mas yang terlihat dari belakang punggungnya, mulut ikan itu membuka dan menutup.
Gadis muda itu, “…”
Hong Jun, dengan wajah penuh akan kebingungan, dia menoleh dan segera menatap gadis itu.
Ketika gadis itu ingin berteriak, Hong Jun dengan cepat mengangkat jari ke mulutnya untuk menyuruh gadis itu agar diam, menyuruhnya agar tidak berteriak apapun yang terjadi. Hong Jun melompat dengan gesit dan segera membungkuk berulang kali pada gadis itu, dan memberinya salam yang sopan.
Kotoran yang menempel di wajah Hong Jun selama beberapa hari telah tersapu bersih oleh hujan deras semalam, memperlihatkan kulit putihnya dan fitur wajahnya yang bagus. Dia sederhana, cukup tampan untuk mengejutkan langit dan bumi. Gadis itu terpesona akan penampilannya dan butuh beberapa saat untuk sadar kembali.
Hong Jun berkata, “Aku… aku hanya ingin istirahat di sini sebentar saja.”
Kembali pada hari itu, ayah Hong Jun, yang melakukan perjalanan ke tiga dunia, dan dikenal sebagai Mahāmāyūrī2. Tidak ada seorang lelakipun yang melampauinya dalam hal keindahan. Selanjutnya, dimanapun dia menunjukkan wajahnya, dia akan mengumpulkan kerumunan wanita dan dihujani oleh bunga-bunga. 500 tahun yang lalu, para yao bertarung hebat hanya untuk melihat wajahnya, dan menyebabkan kekacauan (bencana) berskala besar.
Sangat disayangkan bahwa Hong Jun menjadi yatim piatu di usia muda. Merampas kesempatannya untuk tumbuh di sisi ayah biologisnya, Kong Xuan. Sebagai gantinya, selama 12 tahun, Chong Ming membiarkannya berkeliaran dengan bebas. Hong Jun sering berbuat ulah di gunung dan sungai, terpapar cahaya matahari di siang hari dan hujan di malam hari. Dari waktu ke waktu, dia bahkan menghirup banyak asap yang tidak sehat. Karena dia sering berada diluar dan terkena angin atau hujan, penampilannya sedikit mengalami kerusakan. Meski begitu, dengan mata, alis, bibir yang lembut, gigi putih dan kulit putih yang dia warisi dari ayahnya — disamping aura yang jelas dan cerah khas anak muda — dia terlihat tampan.
“Kamu… apa yang terjadi di sini?” Gadis tadi mengalihkan pandangannya ke arah jenderal militer yang pingsan disamping Hong Jun dan terkejut sebelum berkata, “Bukankah itu Jenderal Jinglong?”
“Jenderal apa?” Wajah Hong Jun penuh dengan kebingungan.
“Apa yang terjadi?” Dari balkon bangunan bagian timur terdengar suara wanita yang tidak senang, “Apa itu kau Sang-er? Apa kau membawa pulang orang bersamamu lagi?”
Gadis bernama Sang-er berbalik ke arah Hong Jun dan terburu-buru menunjuk dengan tangannya sambil berkata, “Semua orang sedang tidur sekarang, jadi jangan buat suara. Ikuti aku.”
Hong Jun membungkuk untuk mengendong jenderal militer itu di punggungnya. Dia mengikuti gadis itu, mereka berjalan di lorong lantai dua. Kaki jenderal itu membuat suara di lantai kayu dan membuat Hong Jun mengingat bahwa sepatu besinya masih terpakai. Dia dengan cepat melepas sepatu itu, membawanya ke sebuah kamar dan menaruhnya di dipan dengan posisi yang nyaman. Setalah itu, Hong Jun melepas buntelannya dan menaruhnya di atas meja.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Hong Jun bergumam sendiri.
“Apa ini ikanmu?” Sang-er memperhatikan ikan di atas meja itu dan bahkan menepuk-nepuk insang Zhao Zhilong.
Hong Jun mengangguk. Jenderal militer itu mengenakan dalaman putih dan Hong Jun mengulurkan tangannya untuk menyentuhnya. Di pinggang si jenderal, dia menemukan papan pengenal yang bertuliskan “Jenderal Li Jinglong, Prajurit Longwu dari Tang yang Agung”. Hong Jun melihatnya tapi dia tidak mengerti apa maksudnya, jadi dia melemparnya ke atas meja. Kemudian, dia mengambil pedang jenderal itu, yang telah menembus pertahanan Cahaya Suci Lima Warnanya dan menghancurkan liontinnya, lalu dia memeriksanya. Semua yang dia temukan adalah bahwa senjata itu hanya senjata sederhana dan berwarna hitam pekat bersamaan dengan beberapa karakter segel yang diukir.
Pertanyaan Hong Jun sama sekali tidak terjawab, jadi dia melanjutkan untuk membuka pakaian dalam Li Jinglong, menampakkan dada telanjang yang kuat dan kokoh. Tubuh Li Jinglong tinggi dan ramping, sementara garis-garis otot dada dan perutnya tajam dan jelas. Kedua alis setajam pedangnya seperti tinta, fitur wajahnya sangat jelas, tulang hidungnya tinggi dan lurus, dan sudut mulutnya sedikit terbalik.
Cahaya Hati diturunkan dari Blazing Lamp… Hong Jun mengingat ketika liontin itu hancur dan dia mengingat apa yang Qing Xiong katakan ketika menyerahkannya, ketika liontin kristal itu hancur, Cahaya Hati akan secara langsung memasuki tubuh penerusnya. Ketika liontin itu dihancurkan, saat itu hanya ada dirinya dan jenderal itu. Logikanya, jika Cahaya Hati tidak memasuki tubuh jenderal itu, maka Cahaya Hati itu memasuki tubuhnya.
Hong Jun tidak merasakan sesuatu yang aneh. Di sisi lain, jenderal itu tidak sadar diri dalam waktu yang lama, sesuatu yang tidak normal. Bahkan jika dia pingsan karena efek ketika jatuh, dia seharusnya sudah bangun… Apa mungkin kondisinya disebabkan oleh Cahaya Hati?
Hong Jun tidak tahu apa efek yang disebabkan oleh cahaya dari Cahaya Hati. Dia menunduk, menempelkan telinganya pada dada Li Jinglong, dan mendengarkan detak jantungnya. Ketika Hong Jun memiringkan kepalanya, dia melihat bahwa wajah Sang-er penuh keheranan.
“Bisakah kamu meninggalkan kami sendiri sebentar?” Hong Jun memohon.
Sang-er, ekspresinya bingung disebabkan pemandangan yang aneh itu, lalu menganggukkan kepalanya dan bertanya, “Apakah mungkin Jenderal Jinglong terluka? Haruskah saya pergi mencari tabib untuknya? “
“Apa itu tabib?” tanpa berpikir, Hong Jun berkata, “Lupakan, lupakan. Tidak perlu memanggil tabib.”
“Kalau begitu saya akan pergi untuk mengambil air,” kata Sang-er sebelum keluar dari kamar.
Hong Jun segera meraih ikan mas yao dan berkata dengan cemas, “Zhao Zilong! Cepat, bangunlah!”
“Tabib adalah dokter, mereka merawat orang.” Ikan mas yao sudah terbangun beberapa saat yang lalu. “Tempat apa ini? Apa yang baru saja terjadi?”
Kepala Hong Jun penuh akan pertanyaan, dan dia menjelaskan semua kejadian yang telah terjadi. Dia dan si ikan saling memandang sejenak, dan kemudian ikan mas yao berteriak histeris, “Waaaaaaaa! Kau sudah mengacaukannya! Apa yang harus kita lakukan sekarang?!”
“Aku juga tidak tahu, ah!” Hong jun mulai menggila.
Ikan mas yao: “Apa nama keluarganya Chen?”
“Marganya bukan Chen!” Hong Jun merasa putus asa, bahkan dia berpikir untuk membunuh dirinya sendiri. “Marganya adalah Li… Tunggu, bagaimana jika kita membuat dia mengubah marganya menjadi Chen?” Hong Jun tiba-tiba terpikiran ide yang cemerlang.
“Apa kau bodoh?!” Ikan mas yao berteriak. “Dia tetap bukanlah pewaris dari keluarga Chen!”
“Habislah!, Habislah! Apa yang akan kita lakukan, ah!”
“Bunuh dia,” kata ikan mas yao. “Siapa tahu, mungkin cahaya itu akan keluar.”
“Bagaimana kita bisa membunuhnya?” Hong Jun berkata, “Sudah jelas akulah orang yang mengacaukannya!”
Oleh sebab itu, ikan mas yao menyatakan, “Semua makhluk hidup menderita. Meskipun, penampilannya tulus dan bermartabat, tapi glabella-nya3 sedikit gelap dan alisnya berkerut. Dengan wajah yang menyedihkan seperti itu, tetap hidup mungkin akan membuatnya menderita. Akhiri saja demi dia.”
Hong Jun: “…”
Hong Jun sudah kehabisan akal. Ikan mas yao berkata, “Cahaya Hati berada di orang yang salah, kita dalam masalah serius sekarang!”
Melihat pedang di genggaman Hong Jun, ikan mas yao melanjutkan mengomeli Hong Jun, “Kau bahkan bukan manusia. Apa susahnya membunuh satu orang?”
“Ibuku seorang manusia!” kata Hong Jun.
“Kau sudah membunuh yao sebelumnya.” Ikan mas yao mendesaknya, “Cepat lakukan! Kalau tidak, apa yang akan kita lakukan dengan keluarga Chen? Cahaya Hati harus dikembalikan ke keluarga Chen, baru kemudian Mara bisa…”
Ikan mas yao menyadari bahwa dia sudah salah bicara dan segera berhenti.
“Mara?” Hong Jun bertanya keheranan. Dia teringat kembali hari ketika dia menguping pembicaraan Chong Ming dan Qing Xiong, mereka juga menyebutkan kata ini.
Dengan tergesa gesa, ikan mas yao berkata, “Bagaimanapun, kita harus mendapatkan kembali Cahaya Hati itu! Atau kalau tidak kita akan habis! Aku tidak mengatakan ini hanya untuk menakutimu… bagaimana dengan pisau lemparmu? Apa kau sudah menemukannya?
Hong Jun: “Belum… Aku masih kehilangan satu pisau…”
“AAAAAAH—” ikan mas yao mengamuk. “Aku bilang untuk tidak mengejarnya, tapi kau tidak mendengarkan! Lihat kita sekarang! Kita habis kali ini! Pisau lemparmu juga hilang! Dan Cahaya Hati…”
Hong Jun menyambar sarung bantal, menggulungnya — dengan akurasi yang tak tertandingi — memasukkannya ke mulut ikan mas yao, menghentikan omelan yang tak berhenti-berhenti.
Terdengar ketukan pintu dari luar dan Sang-er berjalan masuk, membawa ketel.
“Kamu berbicara dengan siapa?” Tanya Sang-er, dia bingung karena Li Jinglong masih tak sadarkan diri di atas dipan.
“Aku bicara dengan diriku sendiri,” Hong Jun dengan cepat menjawab. “Beri kami sedikit lebih banyak waktu untuk sendirian.”
Sang-er memberikan handuk ke Hong Jun dan melihatnya dari atas ke bawah sambil tertawa, “Ohh, tentu saja.”
Setelah Sang-er keluar dari kamar, Hong Jun menyeka wajah Li Jinglong, melompat ke atas dipan, duduk diatas pinggang si jenderal, mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan mana, mengaktifkan Cahaya Suci Lima Warna di tangannya, dan menekan tangannya ke dada Li Jinglong.
Ikan mas yao mencakar liar dengan kedua tangannya untuk mengambil sarung bantal yang ada dimulutnya, menariknya keluar, dan berteriak, “Hong Jun, jangan ragu-ragu!”
Hong Jun berencana untuk menggunakan Cahaya Suci Lima Warnanya dan dasar dari kultivasinya sendiri, untuk menembus ke meridian di tubuh Li Jinglong. Jika energi dari Cahaya Hati mengalir di meridiannya, maka akan ada reaksi pertahanan secara spontan. Namun, ketika Hong Jun mulai mengalirkan mana ke dada Li Jinglong, tubuh Li Jinglong tersentak dan tiba-tiba terbangun.
Pada saat yang sama, suara-suara berisik terdengar dari luar.
“Prajurit Shenwu sedang melakukan penggeledahan! Semua orang yang tidak ada hubungannya harus menyingkir tanpa terkecuali!”
Li Jinglong membuka matanya, lalu menundukkan kepalanya, dan melihat tangan Hongjun menekan dadanya. Pandangannya menelusuri lengan itu lalu sampai ke wajah Hongjun, dan tatapan mereka bertemu.
Hong Jun: “…”
Li Jinglong: “…”
Kebingungan terlukis di wajah Li Jinglong. Lalu, dia memperhatikan bahwa tubuh bagian atasnya telanjang dan dia hanya menggenakan celana panjang. Dalam sekejap, kesadarannya pulih kembali dan berteriak dengan panik, “Apa yang kau lakukan?!”
Hong Jun dengan cepat membalas, “Kau mengambil Cahaya Hatiku…”
Dengan teriakan yang nyaring, Li Jinglong meraih pergelangan tangan Hong Jun yang telah menekan dadanya dan memelintirnya. Dalam pertikaian yang berikutnya, keduanya berguling dari dipan dan Hong Jun berteriak, “Berhenti!”
Dalam sekejap, bagian dalam kamar menjadi sangat kacau. Li Jinglong menjatuhkan ketel di atas meja, dan ikan mas yao dengan cepat melompat turun dari meja. Di luar, para prajurit yang melakukan penggeledahan mendengar keributan dan segera berteriak, “Kamar yang terakhir itu! Cepat!”
Ikan mas yao berteriak, “Hong Jun! Cepat keluar! Banyak orang yang datang!”
Li Jinglong memalingkan kepalanya dan melihat ikan mas yao itu, dia kaget melihat hal itu dan berteriak, “Yao!”
Hong Jun takut membuat banyak masalah lagi, jadi dia langsung mengambil buntelannya, meraih ikan mas yao, membuka jendela dan kemudian melompat keluar. Hanya Li Jinglong yang tertinggal di kamar itu, pedang ada di tangannya dan wajahnya menampakkan ekpresi terkejut bersamaan dengan napasnya yang terengah-engah. Dia masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah Hong Jun keluar melalui jendela, pada detik berikutnya, dia mencengkram bagian atap dengan satu tangan, dan melompat ke atap. Hong Jun berlari melintasi atap sampai ujung, meluncur turun dari atap, dan melarikan diri.
Li Jinglong masih berada di dalam kamar. Baju zirahnya telah menghilang tanpa jejak, dan matanya melebar saat dia menarik napas dalam-dalam. Saat itu juga, terdengar teriakan dari luar kamar, “Siapa di dalam?! Prajurit Shenwu sedang melakukan penggeledahan! Jika kau tidak membuka pintunya… “
Suara Sang-er terdengar, “Di dalam, ada dua orang tamu yang saat ini sedang bersama… Tolong jangan ganggu mereka…”
Begitu Li Jinglong mendengar kata “Prajurit Shenwu”, dia menyadari bahwa kekacauan hari ini tidak akan berakhir dengan mudah. Dia memutuskan untuk melarikan diri terlebih dahulu baru setelah itu memikirkan langkah selanjutnya, atau reputasi dan martabatnya akan hancur. Karena itu, dia melompat keluar jendela dan melarikan diri. Berbeda dengan Hong Jun yang melompat keluar jendela lalu melompat ke atap (lantai dua), Li Jinglong melompat ke bawah (atap lantai satu). Dia bertelanjang kaki, dan ketika dia menginjak atap, dia tergelincir. Li Jinglong tergelincir ke bawah di sepanjang atap dan membuat kegaduhan.
Li Jinglong memegang pedangnya di satu tangan dan tidak ada tempat yang digenggam oleh tangannya yang lain, jadi dia hanya bisa menendang-nendang kakinya ke udara beberapa kali. Ketika dia melihat bahwa ada jalanan yang ramai di ujung atap, dia dengan cepat menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi dia sudah terlambat.
Tempat dimana Hong Jun menyeret dan menyembunyikannya berada di ‘Pingkang Li‘ atau Pingkang Fang yang sangat terkenal di Chang’an: sebuah distrik yang penuh dengan rumah bordil. Rumah bordil yang mereka tempati, disebut ‘Nightingale at Spring Dawn‘4 salah satu dari dua bangunan terbaik di Chang’an. Tepat di luar ‘Nightingale at Spring Dawn’, secara mengejutkan, itu adalah Pasar Timur Chang’an.
Setelah hujan reda dan langit kembali cerah, Pasar Timur dibuka untuk bisnis, dipenuhi suara dari kerumunan orang. Ketika orang-orang yang lewat dan para pedagang mendengar kegaduhan dari atap, mereka memalingkan kepala mereka untuk melihat apa yang terjadi. Apa yang mereka lihat adalah pejabat militer Li Jinglong dari Akademi Militer Longwu, tampak seperti pemuda berdarah panas yang maskulin dan setengah telanjang. Dengan pedang di tangannya, dia melompat dari salah satu jendela ‘Nightgale at Spring Dawn‘ dalam keadaan bingung. Tergelincir dengan keras saat menuruni atap, dan jatuh tepat di Pasar Timur dengan dentuman. Keledai dan kuda meringkik saat keranjang dan peti berserakan di mana-mana.
“Yo, bukankah itu Pejabat Li?”
“Pejabat Li? Hahaha!”
Li Jinglong berada dalam keadaan disoreintasi5, dan sebelum dia menarik napas pertamanya, kerumunan sudah berkumpul di sekelilingnya. Bahkan Prajurit Shenwu yang berada di ‘Nightgale at Spring Dawn’ menjulurkan kepala mereka untuk melihat apa yang sedang terjadi. Li Jinglong dengan cepat berbalik dan mencoba untuk menghindari mereka, menyeret pedangnya saat dia melarikan diri ke Pasar Timur, babak belur dan tampak lelah. Prajurit Shenwu yang tersisa mencarinya di semua tempat, sementara orang-orang yang lewat di pasar tertawa puas. Beberapa orang terpelajar yang sombong terlibat dalam diskusi yang penuh semangat.
“Saya ingin memberikan sebuah puisi kepada semua orang untuk ditinjau.”
“Tolong katakan, tolong katakan!”
“Jenderal Longwu, Li Jinglong berangkat dari Nightgale at Spring Dawn—”
“Pejabat Li adalah prajurit baik yang belum terbangun dari mimpi panjangnya di siang hari tentang Pingkang, melompat dari atap ke atap, menghancurkan atap dengan keberanian yang seperti pahlawan, air mata mengalir di wajahnya saat dia melambaikan tangan ke qinglou!6.”
“Ditulis oleh penyair yang luar biasa. Saudara Rongyu, lanjutkan mahakarya ini dengan lanjutan yang memalukan dan tambahkan dua baris!”
“Ayo! Katakan! Katakan!”
“Jenderal terbang yang menembak harimau7 itu masih ada sampai hari ini, dilahirkan untuk menjadi seseorang yang berpenampilan bagus; tidak takut dengan tentara Shenwu belaka, namun dia lupa dengan jubah brokat prajurit yang panjang!”
Li Jinglong: “…”
Li Jinglong bersembunyi di dalam tong air besar di belakang Pasar Timur. Ketika puisi yang mengejeknya sampai ke telinganya, dia mengangkat sangat sedikit tutup kayu tong air itu. Melalui celah sempit, dia melihat Prajurit Shenwu mendorong kerumunan orang saat mereka lewat. Akhirnya, setelah lelah dan kehabisan energi, Li Jinglong menghembuskan napas yang telah ditahannya.
Bab Sebelumnya Ι Bab Selanjutnya
KONTRIBUTOR
yunda_7
memenia guard_
Footnotes
- Ruqun: blus dan rok lilit. Jenis hanfu tertua.
- Mahāmāyūrī: ‘Merak yang agung’ salah satu dari lima pelindung dalam ajaran budha Mahayana.
- Gabella: Menurut pengobatan Tiongkok, ini menandakan kemalangan/bahaya.
- 流莺春晓 = liú yīng chūnxiǎo = Bulbul di Fajar Musim Semi.
- Kondisi mental yang berubah di mana seseorang yang mengalami ini tidak mengetahui waktu atau tempat mereka berada saat itu, bahkan tidak mengenali identitas dirinya sendiri.
- Qinglou : rumah bordil.
- ‘Jenderal Terbang’, Li Guang, orang yang mengira sebuah batu adalah harimau dan menembaknya dengan panah.