Penerjemah: San
Proofreader: Keiyuki, Rusma
Proses perceraian berjalan lancar.
Selama proses itu, Jiang Wang tetap berdiri di belakang Du Wenjuan dengan tangan dimasukkan ke dalam saku, seperti bayangan yang tenang.
Saat Chang Hua tiba di kantor catatan sipil, dia sama sekali tidak mau melakukan kontak mata dengannya. Dengan wajah pucat, dia buru-buru menandatangani namanya. Cap resmi dihentakkan ke atas dokumen, menandai berakhirnya segalanya.
Ketika dia menerima sertifikat perceraian, dia bahkan tidak mau membuka dan melihat isinya, lalu pergi dengan tergesa-gesa.
Jiang Wang tetap berada di sisi Du Wenjuan, mengawasi kepergian Chang Hua, dan tiba-tiba berpikir bahwa manusia selalu memiliki sifat hewani. Meskipun masyarakat modern memiliki hukum dan norma, banyak orang masih menunjukkan keserakahan dan kelancangan ketika ada celah yang bisa dimanfaatkan. Demi uang tunai di depan mata, demi kartu bank yang bisa dijangkau, mereka melupakan banyak hal lain.
Namun, begitu mereka menghadapi tekanan yang lebih besar, mereka akan segera mengingat kembali norma dan aturan, serta terburu-buru berperilaku seperti manusia yang seharusnya. Jiahui seperti itu, dan Chang Hua bahkan lebih parah.
Berbeda dengan Chang Hua, Du Wenjuan menundukkan kepala, membuka sertifikat perceraian, lalu menutupnya kembali, membacanya berulang kali dengan saksama. Seluruh tubuhnya terasa ringan, seolah benar-benar sudah terbebas.
Saat jarinya menyentuh tulisan “sertifikat perceraian,” dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menoleh ke Jiang Wang sambil tersenyum, “Semoga urusan ini tidak mempengaruhimu.”
“Meski… aku memang kurang pandai menilai orang dan selalu memilih yang salah, tapi aku tetap percaya bahwa cinta dan pernikahan adalah hal yang indah.” Dia tersenyum pahit. “Tapi mungkin apa yang aku katakan ini juga tidak terlalu meyakinkan.”
Jiang Wang menyadari bahwa dia sedang mengkhawatirkannya. Setelah beberapa detik, dia akhirnya berkata, “Aku akan menikah.”
Du Wenjuan membelalakkan matanya dan refleks bertanya, “Dengan—”
“Ya,” Jiang Wang tersenyum, “Nanti aku akan mengundangmu ke pernikahan kami.”
“Benarkah?!” Du Wenjuan terkejut dan gembira. “Kalian akan mengadakan pesta di dalam negeri? Itu bagus sekali! Aku pasti akan memberimu angpao besar!”
….
Ji Linqiu menjemput Yinyin. Setelah beristirahat sebentar, mereka mulai mendiskusikan rencana pindahan.
Du Wenjuan bekerja sebagai akuntan. Meskipun pekerjaannya saat ini nyaman, dia lebih memilih pindah ke Yuhan untuk mengurus Xingwang.
“Kebetulan perusahaanku sedang membutuhkan akuntan berpengalaman sepertimu,” Jiang Wang tersenyum. “Tentu saja, jika merasa tidak nyaman bekerja di tempatku, aku bisa mengenalkanmu ke perusahaan temanku.”
“Itu tidak masalah,” Du Wenjuan buru-buru berkata. “Bisa bercerai dengan lancar dan bisa merawat Xingwang selama ini saja aku sudah sangat bersyukur.”
Mereka tidak membawa banyak barang, hanya beberapa pakaian dan mainan Yinyin. Setelah membeli tiket pesawat, mereka berangkat bersama.
Ketika tiba di bandara, sekretaris Jiang Wang sudah membawa Xingwang ke sana. Saat mereka bertemu, anak itu masih merasa seperti bermimpi, lalu dengan ragu bertanya, “Ibu, apa benar… kita akan tinggal di Yuhan?”
“Ibu sudah meninggalkan Paman Chang. Mulai sekarang, ibu hanya akan mengurusmu dan Yinyin,” Du Wenjuan berjongkok dan memeluknya erat. “Anak baik, ibu akan selalu ada di sisimu, melihatmu tumbuh besar. Bagaimana?”
Peng Xingwang tidak langsung menjawab. Dia mengusap matanya, lalu melihat ke arah Jiang Wang dan Ji Linqiu, dan berbisik, “Aku merasa kepalaku seperti berasap…”
“Ini… ini nyata?”
“Aku tidak bisa percaya! Ibuku benar-benar akan tinggal bersamaku dan menemaniku tumbuh dewasa?!”
Semua orang tertawa dan bergantian memeluk serta mencium anak itu. Mereka benar-benar tidak tahu lagi bagaimana harus mengekspresikan rasa sayang mereka.
Meskipun Jiang Wang sudah membeli tujuh atau delapan rumah di Yuhan, tapi karena orang tua Ji Linqiu belum datang, rumah mereka di sana masih kosong.
Setelah berpikir matang, akhirnya Jiang Wang membeli unit lantai satu dengan taman kecil di sebelahnya—tidak terlalu dekat, tapi juga hanya beberapa langkah dari rumahnya. Dengan begitu, mereka bisa makan malam dan jalan-jalan bersama dengan mudah.
Meskipun Du Wenjuan tahu bahwa Jiang Wang memiliki kekayaan yang besar, dia tetap bersikeras menggunakan tabungannya untuk membayar sewa empat bulan ke depan. Untungnya, gajinya di pekerjaan baru cukup besar, sehingga dia bisa mengganti tabungannya dalam waktu singkat.
Pada malam sebelum Peng Xingwang pindah untuk tinggal bersama ibunya, Jiang Wang dan Ji Linqiu memanggilnya ke ruang tamu untuk berbicara dengan serius.
Hal pertama yang mereka bahas adalah tentang tempat tinggalnya.
“Sebenarnya… kalau punya uang, seseorang bisa memiliki banyak rumah, tapi apakah dia bisa memiliki banyak ‘rumah’ yang sesungguhnya, itu tergantung pada hatinya,” Jiang Wang berkata dengan tenang. “Rumah ayahmu, rumah kakek-nenekmu, rumah ibumu, dan rumah kakak juga—semuanya adalah rumahmu.”
“Tidak peduli di mana pun kamu tinggal, Xingxing, ingatlah bahwa kami selalu ada di belakangmu dan siap mendukungmu menghadapi hidup.”
“Tumbuh dewasa mungkin tidak selalu menyenangkan, tapi aku dan Guru Ji tetap ingin mengucapkan satu hal—semoga kamu bahagia dalam perjalanan menuju kedewasaan.” Ji Linqiu tersenyum dan mengangkat gelasnya, mengajak Xingwang bersulang. “Tumbuhlah dengan bahagia.”
Sejak tinggal bersama mereka, anak itu selalu diperlakukan sebagai individu yang setara. Kini, mendengar kata-kata itu, dia mengangguk dengan dewasa. Matanya sedikit memerah. “Aku masih agak enggan berpisah dengan kalian.”
Jiang Wang tersenyum dan melanjutkan, “Hal kedua yang ingin kami bicarakan adalah… aku dan Guru Ji akan menikah.”
Dia mengatakannya dengan tenang, tanpa beban, seperti salju yang jatuh di tanah luas yang sunyi.
Peng Xingwang langsung mengangguk cepat dan menjawab dengan antusias, “Hari itu aku sudah dengar! Saat makan di lantai tiga! Guru Ji mengumumkannya dengan suara super keras!”
Ji Linqiu tersipu dan berkata, “Saat itu aku agak mabuk…”
Jiang Wang tidak bisa menahan tawa, tapi langsung mendapat pukulan kecil dari Ji Linqiu. “Jangan tertawa!”
“Kakak dan guru sedang membicarakan cinta dan pernikahan. Apa kamu ada pertanyaan?” Ji Linqiu bertanya dengan serius, khawatir apakah hubungan mereka akan memengaruhi Xingwang. Bahkan sebelumnya, dia sempat berpikir untuk menunda pernikahan hingga Xingwang dewasa agar anak itu tidak bingung.
Namun, karena masalah dengan keluarganya dan juga karena terlalu banyak minum, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kabar itu lebih lama.
“Awalnya memang terasa aneh…” Peng Xingwang menggaruk kepala. “Aku tidak menyangka Kakak akan menyukai seorang Kakak laki-laki juga, bukan seorang Kakak perempuan atau seorang bibi.”
“Tapi setelah kupikir-pikir, berarti tidak akan ada dua kakak ipar di rumah. Itu bagus! Hanya ada Kakak saja, lebih seru!”
Jiang Wang merasa pola pikir anak itu benar-benar mirip dengannya, lalu menyesap teh sambil tersenyum.
Ji Linqiu lalu menjelaskan tentang berbagai bentuk cinta, sejarahnya, tantangannya, dan bagaimana orang-orang menghadapinya.
Xingwang berpikir sejenak dan bertanya, “Jadi… ada bibi yang juga suka dengan bibi?”
“Tentu saja, itu hal yang alami.”
Persahabatan anak-anak selalu mudah merenggang akibat kenaikan jenjang sekolah atau perpindahan tempat tinggal, jadi tidak perlu terlalu dipikirkan untuk masa depan.
Setelah Peng Xingwang pindah, rumah tiba-tiba menjadi jauh lebih sunyi. Tidak ada lagi suara sandal anak-anak yang berlarian ke sana kemari. Namun, kesunyian itu segera tergantikan oleh kesibukan menjelang pernikahan.
Ji Linqiu, dengan sifatnya yang santai, mengatakan bahwa ia tidak terlalu memusingkan apakah pernikahannya akan bergaya Barat atau Tionghoa, asalkan tidak terlalu berlebihan.
Pada akhirnya, Jiang Wang memutuskan untuk mengadakan pernikahan dengan gaya Tionghoa. Ia bahkan secara khusus meminta temannya, seorang desainer yang pernah berpartisipasi dalam Pekan Mode Nasional Tionghoa, untuk merancang pakaian pengantin mereka.
Ji Linqiu berdiri diam di samping saat tubuhnya diukur, sementara Jiang Wang dengan saksama mengamati dan memberikan instruksi.
“Harus ada tudung merah, dan sebaiknya dihiasi mutiara agar terlihat megah dan berkelas. Kamu paham, ‘kan?”
Desainer itu dengan sabar mengangguk. “Mengerti, akan aku pertimbangkan.”
“Kemudian, jubahnya jangan terlalu rumit, supaya tidak kusut dan menyulitkan pergerakan, tapi bagian belakangnya harus menjuntai dengan anggun agar tetap terasa sakral.”
“Baik, aku paham.”
“Bagian pinggang bisa dibuat lebih ramping. Aku sangat percaya diri dengan pinggang Guru Ji. Lalu untuk hiasan di bahu, jangan—”
Sebelum Jiang Wang bisa menyelesaikan kalimatnya, desainer itu tersenyum dan langsung mendorongnya keluar ruangan.
“Kami masih mengukur ukuran pakaian, bagaimana kalau kamu minum segelas sampanye terlebih dulu?”
Pintu tertutup dengan suara keras, membuat Ji Linqiu tertawa kecil.
Desainer itu mencatat panjang bahu dan lebar pinggangnya, diam-diam takjub dengan proporsi tubuhnya yang luar biasa.
Kemudian ia berbalik dan bertanya, “Tentu saja, kami akan memprioritaskan preferensi pengantin wani—maksudku, pengantin pria. Jadi, bagaimana model pakaian yang kamu inginkan?”
“Asalkan dia menyukainya, itu sudah cukup,” jawab Ji Linqiu dengan lembut. “Tapi dia agak lamban. Jika pada hari pernikahan dia kebanyakan minum, mungkin dia tidak bisa melepas kancing sendiri. Kamu paham maksudku, ‘kan?”
Desainer itu langsung mengerti. “Aku mengerti.”
Hari Pernikahan.
Pernikahan ditetapkan pada tanggal 24 Agustus, bertepatan dengan hari ulang tahun Ji Linqiu.
Hari itu langit cerah, suara jangkrik menggema, dan burung layang-layang beterbangan di angkasa.
Banyak warga sekitar keluar rumah untuk melihat keramaian. Di jalanan, suara gendang menggema, tandu pengantin merah melintas, dan kelopak bunga gardenia putih serta serbuk es persik beterbangan bagaikan salju, menebarkan keharuman yang bertahan lama, seolah-olah musim semi kembali hadir.
Sang pengantin pria tiba di depan rumah keluarga Ji, menunggu dengan sabar saat orang tua Ji Linqiu membawa putra mereka keluar.
Anak-anak kecil ikut berkerumun, penasaran melihat sosok tinggi semampai yang anggun berjalan keluar. Cahaya keemasan dari perhiasan yang dikenakannya memancarkan keanggunan dan kemewahan tanpa kesombongan.
“Cantik sekali!”
“Tudung merahnya dihiasi mutiara emas! Itu asli?!”
“Astaga, ini seperti dalam dongeng! Ibu, cepat keluar dan lihat!”
Jiang Wang menggenggam tangan Ji Linqiu, dan bersama-sama mereka memberi hormat kepada orang tua sebelum naik ke tandu pengantin.
Malam harinya, para tamu berkumpul di aula dalam untuk menyaksikan prosesi pernikahan.
“Salam pertama untuk langit dan bumi!”
Jiang Wang tetap menggenggam tangan Ji Linqiu erat-erat, enggan melepaskannya.
Ji Linqiu sedikit bergerak, tapi akhirnya membiarkan tindakan kecil itu terjadi. Di hadapan keluarga dan sahabat mereka, sepuluh jari mereka tetap saling bertaut, lalu bersama-sama mereka berlutut memberi hormat.
“Salam kedua untuk orang tua!”
Orang tua Ji Linqiu duduk di tempat kehormatan, tersenyum dengan penuh kelegaan.
Di sisi lain, Du Wenjuan dan Peng Jiahui berdiri sebagai kerabat Jiang Wang yang masih hidup, menerima penghormatan mereka. Mereka menatap pasangan muda itu dengan penuh kebahagiaan, diam-diam berdoa agar pernikahan mereka langgeng hingga akhir hayat.
“Salam terakhir, suami dan suami!”
Jiang Wang berpikir bahwa pada saat ini, ia seharusnya melepaskan genggaman tangannya. Namun, Ji Linqiu tetap menggenggamnya erat. Mereka hanya mundur selangkah, menarik sedikit jarak, lalu membungkuk bersama dengan tangan tetap bertaut.
Ada sesuatu yang kekanak-kanakan dalam tindakan itu, tapi juga penuh dengan cinta yang mendalam.
Pembawa acara pernikahan tersenyum lebar. “Pengantin pria, angkat tudungnya!”
Suasana langsung bergemuruh.
“Akhirnya sampai juga ke momen ini!”
“Guru Ji hari ini tampak luar biasa!”
“Aku menangis! Aku benar-benar berada di pernikahan mereka!”
“Angkat tudungnya! Angkat tudungnya! Aku yang akan menyerahkan cawan anggur pernikahan!”
Jiang Wang menatap Ji Linqiu dengan penuh kasih, lalu dengan hati-hati mengangkat tudung merah yang dihiasi emas dan permata.
Ji Linqiu menundukkan matanya. Serbuk emas menempel di bulu matanya, dan bunga merah di dahinya semakin menonjolkan kulitnya yang putih dan bibirnya yang lembut, membuatnya tampak seratus kali lebih menawan daripada biasanya.
Saat mereka saling menatap, keduanya terkejut sejenak. Lalu, tanpa berpikir panjang, Jiang Wang langsung mengecup bibirnya.
Lipstiknya beraroma manis, atau mungkin itu hanya perasaannya yang terlalu bahagia, hingga segala sesuatu terasa manis.
Semua orang di sekeliling mereka terkejut.
“Kak Jiang, kamu melanggar aturan! Tapi aksi yang bagus!”
“Kalian bahkan belum minum anggur pernikahan! Itu curang!”
“Astaga, guru Ji terlalu cantik hari ini! Kalau aku yang jadi pengantin, aku juga pasti akan menciumnya!”
Cawan anggur pernikahan akhirnya dihidangkan. Mereka saling bertatapan, menyilangkan lengan, dan menenggaknya hingga habis di tengah sorak-sorai para tamu.
Hari itu mungkin adalah hari paling membahagiakan dalam hidup mereka. Bahkan sensasi anggur panas yang mengalir di tenggorokan terasa seperti bunga yang tertiup angin, menyisakan keindahan yang masih terasa kurang.
Souvenir dari pernikahan itu adalah kotak hadiah cantik yang diikat dengan pita mawar emas, sementara hidangan yang disajikan setara dengan jamuan kelas atas, lengkap dengan berbagai makanan lezat dan hidangan mewah. Jiang Wang menemani para kerabat dan teman-temannya minum beberapa gelas, lalu diam-diam memberi isyarat kepada Xingwang, mengajak untuk bermain ayunan bersama setelah makan kenyang.
Saat suasana semakin meriah, satu besar satu kecil diam-diam menyelinap ke sudut halaman. Di bawah sulur anggur yang dihiasi bintang-bintang berkelap-kelip, mereka mulai berayun. “Sudah kenyang?”
“Sudah! Kue dan bakpao isi krimnya sangat enak!”
“Tapi kamu juga harus makan lebih banyak daging,” kata Jiang Wang sambil tertawa. “Yang penting kamu bahagia.”
Lalu, ia menatap anak itu dengan serius. “Aku ingin bertanya sesuatu padamu.”
Peng Xingwang mengangkat kepalanya. “Tanyakan saja!”
Jiang Wang terdiam beberapa detik. Mengucapkan pertanyaan ini tampaknya membutuhkan keberanian besar.
“Xingxing, selama beberapa tahun ini, kamu melihat bagaimana aku melangkah sampai di titik ini. Jika… aku adalah gambaran masa depanmu, apakah kamu akan bahagia?”
Mata Peng Xingwang berbinar. Ia meletakkan bakpao di tangannya, lalu dengan penuh keyakinan berkata, “Aku akan sangat bahagia!”
“Tapi, kakak, aku rasa aku juga akan menjadi orang yang luar biasa!”
“Mungkin nanti aku tidak akan terlalu mirip denganmu—aku tidak akan berjalan secepatmu, dan mungkin aku juga agak lamban dalam berbisnis. Tapi aku akan tumbuh dengan caraku sendiri, bersinar dengan cahayaku sendiri. Kak Wang, apakah kamu akan bahagia untukku?”
Jiang Wang mengangguk dengan penuh keyakinan, lalu merengkuhnya dalam pelukan erat. “Aku benar-benar mencintaimu.”
Perjalanan ini terasa seperti sebuah proses—karena mencintaimu, aku perlahan belajar bagaimana mencintai diriku sendiri, juga mencintai semua orang.
Kini, kamu memang bukan lagi bagian dari diriku, tapi sejak lama, kamu telah menjadi bintang kecil yang paling bersinar di duniaku.
-Tamat-
Anak ayam memiliki sesuatu untuk dikatakan:
San: Yeyeyeyey Finally Twenty tamaat ☄️
Halo semuaa! Pertama-tama perkenalkan namaku santri biasa dipanggil san, seorang manusia gabut yang suka baca bl dan dipungut kakak² Hiyo untuk diubah menjadi manusia yang lebih berguna bagi bangsa (?) Oh iya! awalnya kak keiyuki yang tl sampai chapter 25 dan juga saranin aku buat lanjutin heheh, pokoknya aku mau bilang, makasih banyak atas semangat dan dukungan dari kalian dan kakak² Hiyo akhirnya aku bisa menyelesaikan Novel ini, apalagi ini novel danmei pertama yang aku terjemahkan jadi mungkin ada salah-salah kata atau kalimat TT, aku bakal ambil judul lain lagi (tapi istirahat dulu) apalagi banyak sekali list novel danmeiku kekeke jadi sampai jumpa di projeck selanjutnya♡♡♡ Adios ;v
Keiyuki: Hai haii, Keiyuki di sinii.. pertama makasih buat San, member barunya hiyoko, yang sudah mau lanjutin Twenty Years Ago dari raws-nya karena inggrisnya sudah berenti, karena waktu itu aku juga lagi pegang raws yang lain, dan juga buat kak Rusma yang mau bantuin edit dan upload ke web🤣 makasih sayang-sayangku.. Makasih juga pastinya buat readers hiyoko yang baca Twenty Years Ago, walau pasti memang gak sempurna tapi makasih banyak ya sudah mau baca.. tunggu projek kami selanjutnyaa yaa, baibaii✨✨
Rusma: Hai ini Meowzai, akhirnya terjemahan Twenty Years Ago selesai, yeay. Padahal aku di sini cuma bantu edit dikit-dikit dari awal sampai akhir wkwkwkkw. Terima kasih atas kerja kerasnya untuk Keiyuki dan juga San -anggota baru kami- karena San sudah mau melanjutkan projek ini hingga tamat. Kalian berdua sangat luar biasa (づ๑•ᴗ•๑)づ♡ . Dan terima kasih juga untuk teman-teman Hiyoko yang sudah membaca terjemahan ini, sampai jumpa di projek selanjutnya yaaaa 🫶🏻 oh lupa karakter kesukaan aku itu Jiang Wang ehe, ada yang sama?