Penerjemah: San
Proofreader: Keiyuki, Rusma


Setelah rapat selesai, jamuan berlangsung dengan meriah. Minuman anggur dan hidangan lezat disajikan seperti air yang mengalir, memenuhi meja bundar hingga tampak seperti suasana makan malam Tahun Baru.

Ji Linqiu makan dengan setengah hati, merasa sedikit lelah.

Setelah seharian sibuk ke sana kemari, ia hanya ingin kembali ke kamar, berendam di air hangat, lalu tidur nyenyak.

Jiang Wang, yang didesak untuk minum beberapa gelas anggur, tidak terlalu banyak meminumnya.

Saat jamuan berlangsung, Jiang Wang mendekatkan tubuhnya, mencondongkan diri sambil melengkungkan jarinya untuk menarik dasi yang mengikat leher Ji Linqiu.

“Kenapa kamu begitu patuh?” pria itu tertawa kecil dengan suara serak. “Aku mengikatnya terlalu kencang, dan kamu membiarkan dirimu tersiksa tanpa melonggarkannya sedikit pun?”

Ji Linqiu sebenarnya tidak minum alkohol, tapi saat berbicara, ia merasa seperti sedikit mabuk.

Ia menyipitkan matanya sambil tersenyum, tidak mau memberi penjelasan.

“Apa yang seharusnya aku berikan sebagai hadiah untukmu?” Jiang Wang baru saja berkata seperti itu ketika bos di seberang meja tertawa keras dan bersulang lagi. Jiang Wang menenggak anggurnya, lalu kembali mendekat ke telinga Ji Linqiu untuk berbicara.

Anehnya, ketika orang lain yang mabuk mendekatinya, Ji Linqiu merasa jijik dengan baunya.

Namun, ketika Jiang Wang mendekatinya seperti itu, ia malah merasa nyaman.

Seolah-olah anggur adalah bahan bakar, membakar dan menguapkan aroma di sekitar Jiang Wang, membuat hormon maskulinnya menyebar tanpa terkendali, mengelilingi dirinya sepenuhnya.

Memikirkan hal itu, Ji Linqiu merasa ia mengerti.

Bukan karena ia suka aroma anggur. Ia hanya menyukai tubuhnya terkena aroma Jiang Wang.

Dulu, Ji Linqiu belum pernah jatuh cinta. Baru setelah bertemu Jiang Wang, ia perlahan seperti seseorang yang mulai mengerti cinta.

Ia diam-diam menyimpan perasaannya, juga tidak mau mengatakan hal-hal romantis terlalu banyak, menjadi seorang kekasih yang pendiam hingga tampak agak kaku. Bahkan Ji Linqiu sendiri, setelah waktu berlalu, meragukan apakah ia terlalu canggung.

Namun, kebiasaan kecil yang tak terhitung jumlahnya perlahan menumpuk seperti benang laba-laba yang basah oleh hujan, menjadi bagian dari nalurinya yang tidak disadari.

Hingga akhirnya, perasaan menyukai dan terpesona menjadi naluri yang sama seperti bernapas.

Ringan dan sederhana, tapi tak bisa dihindari.

Ia sudah terbiasa memanjakan dan menuruti Jiang Wang, memenuhi segala permintaan pria itu, baik yang tidak masuk akal maupun yang menggemaskan.

“Apa yang seharusnya aku berikan sebagai hadiah untukmu?” Jiang Wang mengulang pertanyaannya, mengetukkan pinggir gelas anggur dengan lembut ke ujung hidung Ji Linqiu, lalu mengejek dengan suara rendah di ruang makan yang ramai: “Kamu tidak minum setetes pun, tapi kenapa wajahmu memerah?”

Ji Linqiu menatapnya dan tertawa.

“Kalau aku minum dan nantinya aku mabuk bersamamu di lorong, lalu siapa yang akan membawamu kembali ke kamar?”

“Kamu seharusnya minum sedikit,” Jiang Wang menyipitkan matanya dan berkata, “Alkohol memberikan keberanian pada si pengecut.”

Tanpa menunggu Ji Linqiu bereaksi, Jiang Wang langsung berdiri, mengenakan mantel, dan berpamitan dengan para tamu.

“Ada konferensi video yang diadakan perusahaan malam ini, jadi aku dan Direktur Ji akan pulang terlebih dulu.”

Para tamu tampak terkejut dan merasa tidak rela mereka pergi.

“Makanannya baru saja selesai disajikan, cobalah makan sedikit lagi?”

“Kalian sibuk sekali! Pantas saja bisnis kalian bisa berkembang begitu besar!”

“Kalau begitu, sampai jumpa besok, Tuan Jiang, Direktur Ji!”

Jiang Wang memimpin Ji Linqiu menuju kamar hotel mereka. Meskipun saat di jamuan ia tampak agak tidak sadar, langkahnya justru sangat mantap saat mereka keluar.

Ji Linqiu samar-samar bisa merasakan sesuatu, tapi terkadang ia tidak sepenuhnya mengerti pria itu.

Ia berjalan dengan kepala tertunduk di sisi Jiang Wang, suaranya nyaris tak terdengar.

“Aku memakai dasimu hari ini, dan tenggorokanku terasa panas sekali.”

Restoran itu berada di lantai empat, sementara kamar mereka berada di lantai dua puluh satu, sehingga mereka harus melewati beberapa belokan.

Sepanjang jalan, para pelayan dan tamu hotel bergegas melewati mereka.

Tidak ada yang memperhatikan bahwa mereka sedang berpegangan tangan.

Mereka sendiri bahkan tidak sadar kapan mereka mulai saling menggenggam tangan.

“Panas sekali.” Jiang Wang mengulangi, seolah tersenyum sambil menatap Ji Linqiu, atau mungkin melihat dasi yang dikenakannya.

Ji Linqiu refleks menunduk dan baru menyadari bahwa dua kancing di lehernya telah terbuka, memperlihatkan tulang selangkanya.

Ia malah tampak seperti orang yang secara bergiliran menerima tawaran minuman saat jamuan tadi. Ia merasa sedikit bingung, lalu bergumam, “Hadiahku… apa?”

Suara “ting” terdengar saat pintu lift terbuka, membawa mereka masuk ke dalam ruang kecil yang hangat.

Dengan suara lembut, Jiang Wang berkata, “Ulurkan tanganmu.”

Tanpa banyak berpikir, Ji Linqiu menurut dan mengulurkan tangannya.

Jiang Wang mengeluarkan sebuah kotak kecil dan meletakkannya di telapak tangan Ji Linqiu, seperti memberikan permen sebagai hadiah.

Itu adalah sekotak pelindung ultra-tipis.

Ji Linqiu tertegun sejenak, kemudian menatap Jiang Wang dengan cepat.

“Biasanya aku tidak mau minum, siapa yang bisa memaksaku?” Jiang Wang melirik angka di lift yang perlahan naik, suaranya terdengar agak canggung. “Minum sedikit lebih banyak, supaya nanti aku tidak malu saat menatapmu.”

Ji Linqiu tidak bisa memahami bagaimana pria ini bisa berpindah dari sikap percaya diri menjadi canggung dengan begitu mulus. Ia menggenggam kotak itu dengan sedikit tergesa-gesa dan menggumamkan sesuatu yang tak jelas.

Ia sebenarnya tidak pernah terlalu memikirkan hal ini sebelumnya.

Dulu ia pernah melihat video semacam itu, tapi selalu merasa tidak nyaman, sehingga hanya menontonnya sekilas dan tidak pernah melihatnya lagi.

Sekarang, ia menunduk, menatap kemasan kotak kecil itu di bawah lampu lift yang remang-remang.

“… Jadi ini dibutuhkan?”

Jiang Wang baru menyadari bahwa ia masih menggenggam tangan Ji Linqiu. Pegangan itu terlalu alami sebelumnya sehingga ia lupa sepenuhnya.

Ia menarik Ji Linqiu lebih dekat, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

“Aku juga ingin melakukannya secara langsung.”

“Tapi, di internet mengatakan, bahwa itu bisa menyebabkan demam.”

Ji Linqiu bergumam pelan, merasa itu masuk akal, tapi kemudian ia menyadari sesuatu.

“Aku yang di bawah?”

Jiang Wang, yang sedang melonggarkan dasinya, berhenti sejenak ketika mendengar itu, sorot matanya lembut.

“Kalau kamu tidak suka, maka…”

“Aku merasa sangat senang,” Ji Linqiu memotong, bahkan tidak yakin dengan apa yang ia katakan. “Aku selalu ingin memelukmu lebih erat.”

Ingin mencium jiwamu, keringatmu, dan darahmu.

Mungkin aku memang sudah sepenuhnya jatuh.

Namun, sebelum semua pikirannya terucap, ia berhenti berbicara.

Jiang Wang memandangnya dengan tatapan mendalam, lalu tersenyum lebar seolah telah memahami semuanya.

Lift berbunyi lagi, perlahan terbuka.

Setelah semuanya selesai, Jiang Wang menggendong kekasihnya yang sangat kelelahan dan membawanya ke dalam bathtub.

Ia sudah mempersiapkan segalanya dengan baik sebelumnya – air hangat sudah diisi, bahkan sepiring buah telah diletakkan di sisi bathtub.

Pergelangan tangan kanan Ji Linqiu masih terikat dasi, dan ketika ia masuk ke dalam bathtub, ia tampak seperti seorang putri duyung yang akhirnya dibebaskan setelah digunakan sepenuhnya.

Matanya masih tampak berkabut, bibirnya kering, dan ia berendam dalam air hangat tanpa mengucapkan sepatah kata pun selama beberapa waktu.

Jiang Wang bersandar di tepi bathtub, memperhatikan Ji Linqiu. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajahnya, lalu, seolah khawatir kekasihnya kedinginan, ia memeriksa suhu air beberapa kali.

Ji Linqiu mencium aroma di udara, lalu perlahan-lahan bangkit dan bersandar di tepi bathtub, menyatukan dahinya dengan Jiang Wang.

Jiang Wang mengecup lembut bibirnya.

“Apakah kamu baik-baik saja?”

“Mm.” Ji Linqiu menutup bibirnya, lalu berbicara pelan di dekat telinganya, “Jangan biarkan orang lain masuk ke kamar ini, aromanya bisa tercium.”

Jiang Wang tersenyum sambil mengusap rambut basah Ji Linqiu dengan jarinya.

“Kita sudah sampai tahap ini, kamu masih memikirkan hal itu.”

Ji Linqiu meringkuk di bathtub yang penuh dengan uap hangat, kedua kakinya yang panjang sedikit ditekuk, dan kulitnya tampak seperti giok hangat dengan cahaya lembut.

Jiang Wang mengambil handuk, berniat membantunya membersihkan punggungnya, tapi tiba-tiba bahunya digenggam dan ditarik ke dalam bathtub. Air pun terciprat ke mana-mana.

Ji Linqiu mendongak menatapnya, matanya bersinar terang.

“Apa kamu lelah?”

“Mengundangku untuk mandi bersama?” Jiang Wang menundukkan tubuhnya, membungkuk di atasnya, menjilat sudut bibirnya, dan berkata, “Atau kamu sudah cukup beristirahat?”

“Saat tadi kita bersama, aku tiba-tiba terpikir sesuatu,” Ji Linqiu mengangkat tangannya, menyentuh sisi wajah Jiang Wang. Air yang terciprat membasahi mereka berdua dari kepala hingga kaki.

“Aku harus membelikanmu seikat bunga peach snow mountain.”

“Dengan begitu, setiap hari di kantor, kamu bisa melihat bunga itu, dan setiap kali melihatnya, kamu akan teringat betapa cerahnya hatiku saat mencintaimu.”

Jiang Wang menundukkan kepala menatapnya, lalu tersenyum.

“Baiklah.”

“Aku sangat menantikan bunga darimu.”


Catatan Editor:

Keiyuki: Disaat HH sevulgar itu, twenty bahkan adegannya diskip🤣 sangat tidak adil kak.

Rusma: Dee, muehehehh His Honey memang terbaik, walau aku malu pas terjemahinnya (>/////< ” )


KONTRIBUTOR

Rusma

Meowzai

San
Keiyuki17

tunamayoo

Leave a Reply