Penerjemah: San
Proofreader: Keiyuki, Rusma


Saat musim semi mencapai puncaknya, pekerjaan mereka berdua semakin sibuk. Meskipun berada di perusahaan yang sama, terkadang mereka tidak bertemu selama enam hingga tujuh hari.

— Sejak awal tahun ini, Ji Linqiu sering bepergian untuk belajar, sementara Jiang Wang kerap bolak-balik antara utara dan selatan untuk menghadiri rapat. Sering kali, dia meminta Ji Changxia dan yang lainnya untuk membantu menjaga Xingwang.

Akibatnya, anak itu bahkan tidak berencana memberi tahu mereka tentang acara olahraga sekolah. Mereka baru mengetahuinya setelah menerima pesan dari guru.

[Tao Yingqi]: “Para orang tua, acara olahraga orang tua-anak kali ini diadakan khusus oleh sekolah dengan tujuan mempererat hubungan keluarga dan meningkatkan interaksi. Waktu pelaksanaannya pun dipilih pada hari Sabtu agar orang tua dapat berpartisipasi dengan aktif. Jangan sampai ketinggalan!”

Jiang Wang sering menelepon Peng Xingwang setiap beberapa hari, tapi tidak pernah mendengar tentang acara ini. Setelah menerima pesan tersebut, ia segera meminta sekretarisnya untuk mengubah jadwal dan memesan tiket pesawat kembali ke kota. Kemudian, dia menelepon Xingwang.

“Kakak!” Suara anak itu terdengar agak malu-malu. “Bukankah kita baru saja menelepon kemarin? Kamu benar-benar merindukanku, ya!”

Jiang Wang tersenyum dan memanjangkan suaranya. “Peng—Xing—Wang.”

Begitu mendengar panggilan itu, anak kecil itu langsung merasa bersalah. “A-aku sangat berperilaku baik akhir-akhir ini! Guru bahkan memujiku di kelas!”

“Ada sesuatu yang belum kamu beri tahu pada kakakmu, bukan?”

“T-tidak ada!”

Jiang Wang berpikir bahwa anak ini masih terlalu sungkan, lalu berkata dengan santai, “Kenapa kamu tidak memberi tahu kami soal acara olahraga?”

Acara olahraga orang tua-anak seperti ini belum pernah diadakan di Sekolah Dasar Hongshan sebelumnya, jadi Jiang Wang juga tidak memiliki pengalaman dalam hal ini.

Namun, sekarang ada kesempatan ini, dia tentu harus ikut bermain bersama “diri kecilnya” dengan sepuasnya.

Peng Xingwang langsung panik begitu mendengar nama lengkapnya dipanggil tadi. Ia buru-buru mengingat apakah dalam dua minggu terakhir dia pernah mengelus anjing diam-diam atau sengaja tidak mengerjakan PR. Namun, dia tidak menyangka masalahnya ada di sini.

“Ah, memang ada acara olahraga,” katanya, masih belum menyadari inti permasalahannya. “Aku sudah mendaftar lari 400 meter dan lomba estafet. Kalian bisa datang kalau ada waktu!”

“Xingwang, gurumu, Guru Tao, bilang padaku bahwa ini adalah acara olahraga orang tua-anak.” Suara Jiang Wang terdengar tenang. “Bukan hanya anak-anak yang ikut, tapi ada juga lomba keluarga dan bahkan kompetisi antar orang tua. Apa kamu berniat mencoret aku dan kakak kedua dari daftar orang tuamu?”

“Tapi kalian sibuk!” Peng Xingwang semakin panik. “Ini bukan acara yang penting. Kalian tidak harus datang, sungguh!”

Ia takut masalah kecil ini malah mengganggu mereka. Biasanya, ia tidak pernah terlalu terburu-buru dalam berbicara, tapi kali ini, karena merasa cemas, ia berbicara dengan nada cepat seperti lidahnya tergigit. “Kakak, kalian tidak perlu pulang hanya untukku! Aku bisa pergi sendiri!”

“Omong kosong!” Jiang Wang membalas dengan santai. “Kalau kamu terus bersikap hati-hati seperti ini, awas saja, kakak akan mencabuti kulitmu!”

Anak itu mendesah panjang.

“Apa aku dan kakak kedua terlihat seperti orang yang perlu kamu jaga perasaannya sampai sebegitunya? Kami malah ingin menghabiskan lebih banyak waktu denganmu, mengerti?”

Peng Xingwang terdiam lama, tidak bisa membedakan apakah mereka hanya menghiburnya atau benar-benar berpikir begitu.

“… Benarkah?”

Jiang Wang berharap dia bisa memasukkan tangannya ke dalam telepon dan mengusap kepala anak itu.

Ji Linqiu yang sudah lama bepergian ke luar kota, begitu mendengar ada kesempatan ini, langsung setuju untuk ikut serta. Mereka berdua pulang ke rumah pada hari Rabu. Peng Xingwang sangat senang sampai melompat-lompat di dalam rumah.

“Ini formulir pendaftaran untuk orang tua! Guru Tao bilang bisa didaftarkan sampai sebelum pertandingan dimulai!”

Jiang Wang mengambil formulir itu dan membacanya sekilas.

“Aku akan ikut lari lima kilometer dan triatlon.”

Mata Peng Xingwang berbinar. “Aku akan menyemangatimu!”

Ji Linqiu menerima formulir itu dan berkata dengan antusias, “Ada banyak pertandingan kelompok juga. Kita bertiga bisa ikut bersama.”

Keesokan harinya, Peng Xingwang menyerahkan formulir pendaftaran ke gurunya, Tao Yingqi, yang langsung terkejut.

Dari seluruh sekolah hanya ada tiga orang tua yang mendaftar untuk lari lima kilometer, salah satunya adalah seorang ibu yang sudah lama menjadi pelari maraton. Selain itu, tidak ada orang dewasa lain yang ikut.

Jiang Wang benar-benar kompetitif!

Tao Yingqi terus membaca daftar peserta hingga ia menyadari bahwa dua pria ini telah mencentang semua lomba keluarga.

Peng Xingwang berdiri di samping meja guru, mengamati ekspresi wali kelasnya dengan hati-hati.

Dia tahu bahwa anak-anak lain datang bersama orang tua mereka, jadi dia selalu khawatir kalau kedua kakaknya tidak bisa datang.

“Baik, aku sudah mencatatnya.” Tao Yingqi berkata dengan nada rumit, “Jangan lupa katakan pada kakakmu bahwa lari lima kilometer ini… mudah menyebabkan cedera otot. Ingat, yang penting ikut serta, tidak perlu memaksakan diri.”

Kalimat terakhir adalah poin utama.

Hanya sedikit orang dewasa yang masih rutin berolahraga setelah mulai bekerja. Jiang Wang, semoga beruntung.

Peng Xingwang mengangguk riang, melambaikan tangan, lalu pergi.

Begitu Sabtu tiba, suasana di SD Hongshan meriah seperti perayaan Hari Anak. Sekolah bahkan meletakkan beberapa pot pohon bunga di pintu masuk, dan balon gas berwarna merah, jingga, kuning, serta hijau bergelantungan seperti lampu hias.

Peng Xingwang berjalan di antara kedua kakaknya, masih sedikit cemas.

Anak-anak lain datang bersama ayah dan ibu mereka. Jika ia datang bersama kedua kakaknya, apakah itu akan terlihat aneh?

Namun, begitu mereka sampai di gerbang sekolah, semua kekhawatiran itu langsung menguap.

Ternyata banyak anak yang seperti dirinya.

Tidak hanya ada anak-anak yang membawa bibi, paman, atau sepupu mereka, tapi juga yang datang bersama kakek dan neneknya.

Di tengah keramaian, mereka bertiga sama sekali tidak terlihat berbeda.

Namun, ada satu hal yang membuat mereka sedikit menonjol.

Ketika mereka mampir ke toko buku untuk membeli camilan kue kecil, tiba-tiba lebih dari sepuluh anak yang bermata tajam berlari mendekat dan dengan suara nyaring menyapa mereka.

“Kepala Sekolah Jiang, halo!”

“Guru Ji, selamat pagi!”

“Guru Ji! Aku bertemu denganmu lagi!”

“Guru Ji, huhu, aku belum selesai mengerjakan PR bahasa Inggrisku—”

Akibatnya, para guru yang bertugas di gerbang sekolah pun terkejut dan secara refleks melirik Ji Linqiu, seolah-olah hendak memastikan apakah ia mengenakan seragam sekolah atau tidak.

Jiang Wang juga tidak menyangka bahwa dirinya, yang dulunya murid pas-pasan, akhirnya bisa dipanggil kepala sekolah suatu hari.

…Benar-benar seperti pepatah, “Tiga puluh tahun di timur sungai, tiga puluh tahun di barat sungai.”

Ji Linqiu selalu bersikap ramah dan lembut kepada setiap anak yang ditemuinya, tapi hanya tangan Peng Xingwang yang tetap digenggamnya erat, ke mana pun mereka pergi.

Peng Xingwang melihat teman-temannya menatapnya dengan iri, merasa bangga sekaligus sedikit malu.

Betapa menyenangkan bisa digandeng oleh guru yang disukai.

Sekolah Dasar Percobaan dua kali lebih besar dari Sekolah Dasar Hongshan. Yang terakhir hanya memiliki lapangan kecil dengan lintasan batu kerikil sepanjang 400 meter, sedangkan Sekolah Dasar Percobaan tidak hanya memiliki stadion besar dengan lintasan sintetis sepanjang 800 meter, tapi juga kolam renang di dalam gedung olahraga, sangat megah.

Jiang Wang tidak terlalu memperhatikan saat pertama kali datang ke sini. Baru setelah berjalan ke bagian belakang sekolah, ia menyadari betapa luasnya tempat ini dan merasa sedikit emosional.

“Dulu waktu aku bermain di lapangan sekolah dasar, lintasannya semua dari batu kerikil. Kalau lari terlalu cepat dan terjatuh, batu-batu itu bisa menancap ke dalam luka. Aku ingat harus mengambilnya satu per satu menggunakan pinset. Sampai sekarang masih ada bekas lukanya.”

Ji Linqiu yang sedang membaca brosur di tangannya bertanya dengan santai, “Lutut kiri atau kanan?”

Jiang Wang secara refleks menyentuh lututnya. “Kanan. Dulu dokter sekolah hanya memberi obat merah, tapi akhirnya malah bernanah.”

Langkah Ji Linqiu tetap stabil, tapi jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.

Ia pernah memandikan Peng Xingwang dan melihat dengan mata kepala sendiri bekas luka di lutut kanan anak itu.

Dulu, saat masih tinggal bersama Peng Jiahui, di semester pertama kelas satu, ada anak-anak dari kelas lain yang sengaja merebut kunci milik Xingwang saat bermain di lapangan. Xingwang mengejar mereka dengan panik, lalu tersandung dan jatuh di lintasan kerikil. Kulit lututnya terkelupas, batu-batu kecil tertanam di dalamnya, dan darah mengalir deras.

Itulah pertama kalinya Ji Linqiu mulai memperhatikan anak ini.

Nenek Xu sudah tua, tidak bisa mengurus banyak hal.

Ji Linqiu, meski secara resmi hanya guru mata pelajaran, sebenarnya juga menjabat sebagai wali kelas pendamping. Setiap kali ada kejadian, anak-anak akan melapor kepadanya.

Begitu mendengar ada siswa yang terluka, ia langsung pergi ke ruang medis sekolah dan melihat Peng Xingwang yang lusuh dan berdebu.

Anak itu jelas menangis sesenggukan, tapi begitu melihatnya, ia masih bisa tersenyum.

“Aku lari terlalu cepat sendiri, tapi tidak apa-apa, tidak apa-apa.”

Ji Linqiu berjalan di samping Jiang Wang dan Peng Xingwang, di bawah sinar matahari dan angin sepoi-sepoi, menatap kedua orang itu.

Sebenarnya, ia sudah mulai menebak-nebak banyak hal, tapi tidak satu pun yang bisa dikatakan dengan pasti.

Pikirannya terasa terlalu mustahil, terlalu aneh.

Tahi lalat yang sama. Bekas luka yang sama.

Lengkungan senyum yang serupa, kebiasaan menggaruk kepala saat melakukan kesalahan.

Keduanya sama-sama suka makan bubur ketan dengan bunga osmanthus, sama-sama membenci wortel dan hati ayam.

Jiang Wang sering bercerita tentang masa kecilnya, dan kebetulan, semua ceritanya bisa ditemukan kembali dalam pengalaman Peng Xingwang.

Jika semua itu hanya kebetulan belaka, lalu bagaimana dengan mantel itu?

Ji Linqiu merasa bahwa ini tidak akan berhenti begitu saja.

Cepat atau lambat, pada suatu hari, semuanya akan terungkap. Bisa menjadi kenyataan yang mengejutkan, atau mungkin hanya kepanikan yang tidak berdasar.

Jiang Wang sedang mencari papan petunjuk untuk menemukan tempat duduk mereka. Begitu menemukannya, ia dengan senang hati menepuk bahu Ji Linqiu. “Lihat, kita duduk di bawah pohon wisteria. Tidak hanya dikelilingi bunga, tapi juga tidak terkena sinar matahari langsung.”

“Benar juga.” Ji Linqiu membuang semua pikirannya dan benar-benar merasa bahagia. “Aku sudah menjadi guru bertahun-tahun, tidak menyangka akhirnya bisa merasakan pengalaman menjadi orang tua.”

Sementara itu, dari kejauhan, Tao Yingqi berdiri dengan perasaan sangat bimbang.

Ia sudah lama berdiskusi dengan Fu Er dan memang berencana untuk pindah kerja.

Jika benar-benar pindah, Jiang Wang akan menjadi bosnya di masa depan.

Kalau bosnya sampai tumbang di tengah lomba lari lima kilometer dan menjadi bahan tertawaan, itu akan sangat memalukan… dan mungkin kariernya sendiri juga terancam.

Jiang Wang memang terlihat kuat dan berotot, tapi itu, kan LIMA KILOMETER! Bos, apakah kamu benar-benar yakin bisa melakukannya?!

Setelah mempertimbangkan dengan matang, Tao Yingqi  akhirnya memutuskan untuk mendekatinya dan berbicara langsung.

“Tuan Jiang, Guru Ji, sudah lama tidak bertemu!”

Keduanya menoleh dan menyambutnya dengan ramah.

Guru Tao tersenyum hangat dan berbicara dengan hati-hati.

“Oh ya, aku lihat Tuan Jiang mendaftar untuk lomba lima kilometer. Sepertinya sering berolahraga, ya?”

Jiang Wang membandingkan dirinya yang dulu di militer, berlari lintas alam dua puluh kilometer setiap hari, dengan dirinya yang sekarang, hanya sesekali jogging lima atau enam kilometer untuk bersantai. Ia sedikit merasa tidak yakin.

“Sudah lima atau enam tahun sejak aku terakhir berlatih serius. Fisikku tidak sekuat dulu.”

“Sebenarnya, tidak banyak orang tua yang mengikuti lomba ini,” Guru Tao langsung memberikan jalan keluar, bahkan hampir menyampaikan kata-kata itu kepada Jiang Wang. “Termasuk kamu, hanya ada tiga peserta. Kalau kamu merasa tidak sanggup, tidak masalah. Lima kilometer itu cukup melelahkan, hahaha—”

Ji Linqiu sudah bisa menebak maksudnya dan menahan tawa.

Jiang Wang langsung bersikap serius. “Kalau begitu, aku justru harus berusaha lebih keras. Terima kasih atas pengingatnya, Guru Tao!”

Ekspresi Tao Yingqi membeku. Ia hanya bisa mengangguk dan tersenyum kaku.

“Baiklah, jangan lupa pemanasan agar tidak cedera.”

Hancur sudah…


KONTRIBUTOR

Rusma

Meowzai

San
Keiyuki17

tunamayoo

Leave a Reply